Next Generation – Media Watch & Literacy



Next-Gen-Feature.png

“Kita tidak bisa dan tak akan melakukan pelarangan akan ciptaan ciptaan permainan video (video games) bahkan apabila permainan itu sadis. Namun, kita BISA mencegah pendistribusian permainan ini pada anak-anak, dimana dapat membawa efek samping yang buruk”. Kutipan pernyataan Herb Kohl ini menjadi status facebook Next Generation pada bulan November 2012.

Sebagai pemantau konten video game satu satunya di Indonesia yang berasal dari Bandung, komunitas ini mengusung upaya pemantauan video games, menganalisisnya, memberi label (rating), serta mempublikasikan hasilnya, suatu bentuk literasi mengenai video game yang sebelumnya tidak ada di Indonesia.

Pada 15 September 2011, proyek Next Generation – Media Watch & Literacy dengan nomor urut 0597 didaftarkan dalam inisiatif hibah terbuka Cipta Media Bersama. Pada permintaan awal komunitas ini menjanjikan upaya pemantauan dengan total permintaan dana sebesar 35 juta rupiah dan masuk dalam kategori Pemantauan Media. Setelah melalui proses penajaman proposal dan evaluasi anggaran, permintaan dana menjadi 78 juta rupiah.

Inisiatif ini dipilih sebagai salah satu dari 20 penerima hibah karena upaya sistem pemberian rating video games yang akan dijalankan dianggap akan mampu menjadi panduan yang tersedia bebas dan dapat diakses oleh siapapun yang memerlukan (terutama versi Bahasa Indonesia). Proyek ini juga terpilih karena sederhana namun sangat inovatif sehingga sangat layak dijadikan proyek rintisan.

Tiga orang dibelakang nama komunitas Next Generation adalah; Muhammad Iqbal Tawakal yang sudah bekerja penuh waktu di perusahaan penerbitan Khazanah Intelektual, Yudha Wirawanda mahasiswa UNISBA, dan Khemal Andrias, mahasiswa UNPAD – yang keduanya pada tahun 2012 merupakan mahasiswa tingkat akhir. Apabila anda meluangkan waktu untuk membaca proposal lengkaphttp://ciptamedia.org/wiki/Next_Generation_-_Media_Watch_%26_Literacy mereka, maka jelas bahwa awal mula upaya ini dilakukan adalah karena gemas dan khawatir.

Next G lahir dari kekhawatiran akan kecanduan video game. Ada yang perlu diperbaiki, dari sisi peraturan tiap developer video game telah melabeli produk mereka dengan rating. Lantas, mengapa Point Blank dan Counter Strike yang berlabel “mature” (dewasa) digemari anak-anak? Merasa takdilarang mereka asyik ˜bunuh-bunuhan™. Kemana sistem pendidikan kita? Dimana para pendidik “para guru, orang tua? Jangan-jangan kesadaran itu belum muncul?

Next-Gen1.jpg

Walaupun situs web Next Generation sedang mengalami masalah pada saat tulisan ini diturunkan, penerima hibah ini konsisten pada upayanya menjangkau target publiknya, yaitu orang tua yang memiliki anak-anak dibawah umur dan pendidik. Apabila anda awam mengenai permainan video, mungkin ada baiknya anda menyimak tulisan sejarah singkat video game. Apabila anda memiliki anak-anak yang sering bermain video game, anda baiknya memeriksa perangkat anda dan mengaktifkan fungsi pengawasan parental control, pada perangkat tersebut.

Per Desember 2012 ada 11 tulisan berupa hasil analisis permainan disebarluaskan melalui catatan di halaman facebook organisasi. Aktivitas lainnya termasuk diskusi tatap muka yang telah terjadi sebanyak delapan kali di Kabupaten Bandung pada satu tahun terakhir ini. Diskusi tatap muka diantaranya diadakan di SD Campaka Arum, Sekolah Ibu, Awi Ligar, Rumah Belajar Semipalar, dan beberapa TK . Sebagai umpan balik via SMS peserta lokakarya rata rata menyatakan bahwa upaya Next Generation adalah ide yang baik dan harus diteruskan, terutama untuk pemantauan.

Next Gen juga mengerti bahwa mereka tidak bisa berjuang sendirian dan perlu berkolaborasi. Karena upaya Next Gen yang konsisten KOMNAS anak pun mulai mengenali komunitas pemantau video ini dan mendukung program-program NextGen.

Next-Gen-Komnas-Anak-Anak.jpg

Apabila anda penasaran akan hasil pemantauan Next Generation, Cipta Media menyarankan anda membaca beberapa ulasan permainan-permainan sepert Max Payne 3 dan Elder Scroll v Skyrim yang berating dewasa dan meyakinkan bahwa anak anda yang dibawah umur tidak memainkan permainan ini. Untuk Elder Scroll catatan analisa Next Gen dikutip sebagai berikut;

Adegan pertama yang muncul saat permainan baru dimulai adalah prosesi pemenggalan kepala pemberontak oleh tentara kerajaan. Konten porno juga terdapat didalam video game ini, karena setiap tokoh yang dipilih dapat dilucuti semua bajunya, termasuk karakter lain yang terdapat di video game ini. Dialog yang mereferensikan kegiatan seks juga terdengar selama permainan.

Apabila anak anda bermain hal lain dan anda tidak yakin mengenai isinya, anda dapat meminta komunitas Next Gen menganalisanya via twitter @nxgindonesia atau facebook mereka.

Terakhir untuk laporan penggunaan dana dan laporan naratifnya, karena banyak upaya dilakukan oleh pekerja dan mahasiswa dengan kesibukannnya masing-masing, ditambah lagi pemenuhan permintaan untuk lokakarya, laporan naratif akan disampaikan pada akhir Desember dan dana hibah berikutnya pada awal tahun 2013. “Ngga buru-buru” Jawab Iqbal. Untuk laporan keuangan sementara dapat dilihat pada pranala wiki Cipta Media.

Selamat memantau komunitas video game Indonesia!

Tags:

Cipta Media Bersama
19 Dec 2012


December 2012 | CC BY-SA 3.0