Perjalanan menuju Kota Malang dari Yogyakarta walaupun tenang dan nyaman menggunakan kereta malabar, cukup menegangkan. Menanti tengah malam duduk-duduk di Stasiun Tugu, panitia dan juri hampir ketinggalan kereta karena posisi tunggu di jalur yang salah. Kereta sudah mulai berangkat saat bawaan dan diri masuk setengah berlari kedalam gerbong. Setelah menempuh perjalanan selama tujuh setengah jam Yogyakarta-Malang, kami disambut dengan berbagai pilihan transportasi. Transportasi daring atau dikenal juga gig economy sebagai eksploitasi pekerja gaya baru sulit dilakukan dari stasiun kereta apabila Anda berpergian dengan bawaan banyak. Hal ini dikarenakan hukum adat transportasi di stasiun kereta mendahulukan transportasi tradisional seperti ojek pangkalan (opal) dan becak dibandingkan grab atau gojek. Sehingga apabila Anda turun membawa barang banyak, akan sangat repot, karena harus berjalan jauh dahulu sebelum bisa memanggil transportasi daring via seluler. Akhirnya kami menggunakan becak menuju hotel tempat pertemuan dengan panitia.
Pagi dibuka dengan bincang-bincang hangat di RRI Pro 2 Malang. Pertanyaan yang diajukan oleh pembaca acara berkisar pada:
Lepas dari pertanyaan umum, Naomi Srikandi kemudian mengulas mengenai rentannya perempuan menghadapi bingkai moral yang diterapkan oleh masyarakat, seperti kawin muda, poligami, istilah pelakor yang baru baru ini viral dibebankan hanya pada perempuan pelaku tapi tidak laki-laki yang juga merupakan pelaku, istilah janda yang disalahgunakan hingga merendahkan namun tidak pada istilah duda. Upaya hibah ini juga menyorot bagaimana perempuan harus berhati-hati bersikap agar perempuan satu tidak menegaskan bingkai moral yang menyulitkan perempuan lain.
Selepas dari wawancara radio di Malang, panitia penyelenggara dan pembicara kemudian mengadakan wisata kuliner mini menikmati Bakso Cak Toha Malang yang menyuguhkan baksonya dengan pasangan sate kerang dan kerupuk. Kedai kecil agak gelap ini penuh dengan penikmat kuliner yang umumnya datang secara berduyun duyun secara berkelompok, baik keluarga maupun teman.
Acara utama sosialisasi kemudian dilangsungkan di Rumah Kreatif BUMN, sekitar 30 perempuan telah hadir menunggu, ada juga peserta yang berinisyatif dengan merekam acara yang berlangsung dan melakukan live streaming ke Probolinggo. Banyak pertanyaan yang masuk saat diadakan tanya-jawab, salah satunya bertanya apakah dalam komposisi dana hibah honor untuk senimannya diperbolehkan? Panitia menjawab boleh. Naomi mengulang apa yang telah disampaikan pada wawancara RRI Pro2 Malang bahwa ada beberapa permohonan hibah masuk sebagai upaya untuk melakukan aktivisme yang mempersoalkan moral generasi sekarang. Gerakan ini harus diperiksa lagi alih-alih membesarkan perempuan, malah menyakitinya,
Aku hanya mengingatkan bahwa acap kali gerakan moralis semacam itu justru meneguhkan stigma terhadap perempuan sebagai sumber dosa, kerusakan moral dsb. Banyak perempuan yang ikut menggunakan label itu untuk menghujat perempuan lain. Sehingga bagi teman-teman yang ingin melakukan aktivisme moral melalui kerja seni budaya, untuk memeriksa lagi perspektif mereka agar hal ini tidak terjadi.
Arsip publikasi media sosialisasi Malang: