Yossy Suparyo sebagai penggagas Desa 2.0 Tata Kelola Sumber Daya Desa banyak menjadi saksi bahwa di desa kebaikan kebaikan yang terjadi banyak bersifat kebetulan. Apabila anda memiliki Kepala Desa yang pintar mengelola sumber daya desa dan membuat penduduk guyub maka desa tersebut beruntung. Namun Yossy juga melihat kekurangan dari kebetulan kebetulan dan keberuntungan ini: kejadiannya sulit untuk direplikasi dan diulang kembali. Salah satu cara agar kebaikan terulang dan menjadi sistemik adalah dengan berupaya merancang agar kebaikan kebaikan tersebut terulang secara teratur secara mandiri bukan karena faktor keberuntungan.
Yossy percaya bahwa kebaikan bisa dirancang.
Hal inilah yang menelurkan upaya Desa 2.0 Tata Kelola Sumber Daya Desa. Ide dasarnya adalah bagaimana sumber daya desa terkelola dengan baik. Dengan mensyaratkan agar warga berpartisipasi dan mencatatkan sumber daya mereka, maka Kepala Daerah dan Pemerintah dapat mengambil keputusan berdasarkan data dilapangan, dan tidak lagi berdasarkan asumsi. Sasaran awal upaya ini adalah 100 desa yang tersebar di 10 kabupaten di Aceh, Riau, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan Selatan. Namun berdasarkan konsultasi dengan kedua mentor Yanuar Nugrohohttp://ciptamedia.org/yanuar-nugroho/ dan Bayu Setyo Nugroho, mentor meminta agar Yossy mereduksi angka targetnya, karena dianggap terlalu ambisius. Hal ini menimbang dana yang disediakan oleh hibah terbatas, sementara terbersit ide agar desa desa percontohan yang sukses berbagi pengalaman pada desa lain yang akan mengadopsi Desa 2.0.
Yanuar juga mensyaratkan bahwa konten wajib ada: “tata kelola, transparansi, akuntabilitas”, sementara Bayu Setyo sebagai mentor juga menambahkan bahwa tantangan dari upaya ini adalah jaringan internet.