Teknologi seluler membuka banyak peluang untuk dieksplorasi. Apalagi di Indonesia sebagian besar penduduknya telah menggunakan teknologi ini. Namun, penting dicatat bahwa dari 250 juta nomor seluler aktif, hanya 20 persen yang menggunakan internet dan media sosial. Sebagian besar (80 persen) pengguna perangkat seluler masih menggunakan SMS dan panggilan suara.
Dibandingkan teknologi internet, SMS memiliki banyak keterbatasan. Belum lagi masalah biaya yang 25 kali lebih mahal. Jadi, apakah SMS masih layak untuk dipilih? “Bagi orang kota, apalagi yang menengah ke atas mungkin merasa nggak cukup dengan SMS. Harus pakai Facebook lah, Twitter lah. Kalau orang desa cukup pakai SMS,” kata Roem.
Kepada mereka yang akan memanfaatkan teknologi SMS sebagai media bersama, Roem mengajukan beberapa komponen yang perlu disiapkan.
Piranti lunak Dibutuhkan piranti lunak yang mudah digunakan, murah dan gampang direplikasi. Piranti lunak ini akan sangat membantu meringankan kerja pengelola dan memastikan informasi sampai kepada mereka yang membutuhkan pada saat yang tepat.
Orang Orang yang dimaksudkan disini adalah administrator. Karena bagaimanapun juga dibutuhkan admin untuk mengurus dan mengolah hal-hal yang tidak bisa diselesaikan oleh piranti lunak. Contohnya, di wilayah konflik biasanya ada isu-isu yang memprovokasi. Seharusnya administrator bisa mengcounter dengan informasi yang benar. Jika tidak dilakukan, justru akan menjadi sumber atau memperparah konflik.
Pulsa Biaya SMS mungkin tidak terasa mahal jika digunakan untuk komunikasi perseorangan. Namun jika digunakan untuk menyebarkan pesan kepada banyak nomor, akan sangat terasa mahal. Jika harga SMS Rp 100 akan dikirimkan kepada 1.000 nomor, membutuhkan biaya Rp.100 ribu.
Maka perlu strategi khusus untuk mencukupi kebutuhan biaya pulsa ini. Caranya bisa meminta dukungan dengan pihak yang bersedia membiayai pulsa, misalnya pemerintah, atau menjalin kerjasama khusus dengan operator telekomunikasi.
Di luar semua itu, yang tak boleh dilupakan adalah teknologi ini hanya bersifat melengkapi yang sudah ada. Maka, jangan sampai kemudian meninggalkan cara-cara yang sebelumnya dilakukan tanpa teknologi.
Baca juga: Pertemuan dengan para pendekar