606 - Aceh News Monitoring (Pemantauan Berita Aceh)

Nama Inisiator

Fahmi Yunus

Organisasi

Transformasi Infomasi (TRANSISI)

Topik

Pemantauan media

Deskripsi Proyek

Di tengah situasi Aceh yang masih dalam tahap menjaga perdamaian dan rekonstruksi pasca bencana, penggunaan jurnalisme damai dan bencana seharusnya menjadi pilihan bagi pelaku media dalam memberitakan persoalan-persoalan pasca-konflik dan bencana. Namun ada dugaan yang berkembang bahwa jurnalisme ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh para jurnalis karena berbagai faktor, seperti adanya tekanan dari pihak-pihak yang pernah berkonflik maupun kepentingan bisnis media yang menganggap sebelah mata akan hal ini.
TRANSISI menilai perlu dilakukan pemantauan untuk mendorong penggunaan jurnalisme damai dan bencana serta meningkatkan kualitas pemberitaan media-media cetak. Langkah awalnya adalah dengan melakukan riset media dalam konteks penggunaan kaidah jurnalisme yang baik dan standar.
Hasil yang diperoleh dari program dapat menjadi masukan dan rekomendasi bagi media massa, serta menjadi bahan untuk menjaga konsistensi pemberitaan terhadap isu-isu tersebut.
Agar berdampak lebih luas, kampanye dan sosialisasi hasil pemantauan media ini akan disosialisasikan melalui seminar/ diskusi publik, website dan jejaring sosial (facebook, twitter)

Masalah yang Diangkat

Pasca perjanjian damai dan rekonstruksi bencana Aceh peran media massa sebagai sumber informasi masyarakat memiliki peran strategis. Di satu sisi, media massa dengan kekuatan pemberitaannya dalam membentuk opini dan persepsi publik merupakan instrumen penting dalam memperkuat perdamaian dan upaya mengurangi risiko bencana di Aceh. Sementara, kekuatan pemberitaan media juga bisa menghasilkan dan/atau memperparah sebuah konflik dan bencana. Contoh di masa masa pemberlakukan darurat militer di Aceh, media massa dikritik karena penyajian pemberitaan tentang konflik Aceh yang tidak mengacu kepada jurnalisme damai.
Pada situasi konflik, penggunaan jurnalisme damai dalam penyajian pemberitaan menjadi penting karena model jurnalisme ini mampu memberi kontribusi positif terhadap proses penyelesaian konflik. Sementara jurnalisme bencana mencoba untuk menawarkan suatu konsep mengurangi potensi bencana yang akan terjadi serta mengurangi tingkat korban jiwa dan harta-benda.
Di tengah situasi Aceh yang masih dalam tahap menjaga perdamaian, penggunaan jurnalisme damai seharusnya menjadi pilihan bagi pelaku media dalam memberitakan persoalan-persoalan pascakonflik.

Solusi

1. Mengetahui bagaimana media-media cetak lokal dan nasional menggambarkan perdamaian di Aceh dalam konteks jurnalisme damai serta bagaimana pemberitaan tentang bencana diberitakan. Kegiatan ini akan memantau pemberitaan media cetak dengan menggunakan metode analisis berita.
2. Mengetahui kualitas pemberitaan media-media cetak dengan mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dan faktor-faktor penyebab kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh media-media cetak tersebut. Selain melakukan analisis terhadap isi media, perlu juga melakukan diskusi dengan para jurnalis dan para pelakunya.
3. Mengetahui pendapat dan interpretasi masyarakat terhadap pemberitaan-pemberitaan yang dihasilkan oleh media-media cetak. Hasil riset akan diseminarkan dan disosialisasikan melalui website TRANSISI, facebook dan jejaring sosial lainnya.
4. Menghasilkan rekomendasi-rekomendasi yang sifatnya dapat meningkatkan kualitas pemberitaan media terhadap proses perdamaian Aceh kepada para pelaku media dan stakeholders. Misalnya melalui pers rilis, ataupun iklan layanan masyarakat pada media-media dipantau.
Pihak yang menerima manfaat dari proyek ini adalah

1. Masyarakat, para pelaku media, pemerintah, organisasi civil society, swasta di Aceh karena mengetahui kualitas, kelemahan-kelemahan media tersebut serta penyebab kelemahan-kelemahan tersebut.
2. Para pelaku media di Aceh atau luar Aceh bisa mengetahui bagaimana pendapat dan interpretasi masyarakat mengenai pemberitaan isu-isu pemberitaan yang dihasilkan dari media-media tersebut.
3. Hasil pemantauan dan laporan yang dihasilkan dari program ini diharapkan bisa menjadi alat kontrol bagi media-media cetak yang saat ini memberitakan isu-isu pasca-konflik dan bencana Aceh.

Target

"1. Masyarakat, para pelaku media, pemerintah, organisasi civil society, swasta di Aceh karena mengetahui kualitas, kelemahan-kelemahan media tersebut serta penyebab kelemahan-kelemahan tersebut.
2. Para pelaku media di Aceh atau luar Aceh bisa mengetahui bagaimana pendapat dan interpretasi masyarakat mengenai pemberitaan isu-isu pemberitaan yang dihasilkan dari media-media tersebut.
3. Hasil pemantauan dan laporan yang dihasilkan dari program ini diharapkan bisa menjadi alat kontrol bagi media-media cetak yang saat ini memberitakan isu-isu pasca-konflik dan bencana Aceh. "

Indikator Sukses

Untuk menilai keberhasilan program ini bagi perubahan pemberitaan media, maka perlu dilakukan pemantauan atau riset lanjutan terhadap perkembangan pemberitaan setelah mendapatkan input dari masyarakat dan rekomendasi pemantauan ini. Jadi dengan menilai “sebelum” dan “setelah” adanya advokasi pada media-media yang dipantau. Juga dengan melakukan wawancara dan FGD kepada para pelaku media.

Lokasi

Aceh

Dana yang Dibutuhkan

645 Juta Rupiah

Durasi Proyek

Januari-Agustus 2012 (8 bulan)