Nama Inisiator
Pusat Studi Islam Universitas Islam Indonesia
Organisasi
Pusat Studi Islam Universitas Islam Indonesia
Topik
Kebebasan dan etika bermedia
Deskripsi Proyek
Belakangan ini terdapat kecenderungan menguatnya dan peningkatan jumlah gerakan Islam radikal di kalangan pelajar SLTA. Fenomena ini cukup mengkhawatirkan jika ditinjau dari psikologi perkembangan. Usia SLTA merupakan periode emas dalam perkembangan kedirian pelajar.
Untuk merespon kecenderungan gerakan keagamaan radikal di atas, dibutuhkan pengetahuan dan kebijaksanaan. Selain itu, diperlukan fasilitasi untuk mendampingi proses menuju kedewasaan, termasuk menyikapi gerakan Islam radikal melalui media yang tepat. Pelajar membutuhkan “tatabahasa” untuk menyikapi dan menyatakan penolakan (counter-narrative) terhadap menguatnya radikalisme di sekolah.
Projek ini akan memfasilitasi penyikapan pelajar untuk melakukan penolakan dengan menggunakan mobile phone dan media sosial. Fitur mobile phone yang akan digunakan adalah video-recorder. Pelajar memproduksi video-pendek (kultum mobile/3gp) “Tolak Terorisme”, dan menguggahnya di situs media sosial, FaceBook dan/atau Youtube. Video diakses melalui mobile phone.
Projek ini juga akan memproduksi “Ustadz FB” melalui pemanfaatan fasilitas “page” (halaman). Pelajar akan difasilitasi untuk menjadi “dai” tolak terorisme di media sosial.
Projek ini melanjutkan riset dan aktifitas PSI UII, yaitu Islam Nusantara. Lebih lanjut dapat dilihat di laman PSI UII. Kegiatan yang sudah dilakukan adalah memproduksi 3 iklan layanan masyarakat tentang Islam toleran dan inklusif, seri kajian buku, talkswhow on-air mingguan Lentera Hati di UNISI Fm.
Masalah yang Diangkat
Bertumbuhnya sikap membenci dan intoleransi terhadap penganut agama yang berbeda, dukungan terhadap aksi kekerasan, dan tingkat kesediaan untuk terlibat dalam aksi kekerasan terkait isu agama sebagaimana hasil riset (LaKIP, 2011) merupakan sebagian potret sikap keberagamaan pelajar SLTA;
Kasus bom Klaten (Jawa Tengah) dan Sleman (DIY) Desember 2010 yang dilakukan pelajar SLTA dengan menggunakan bahan-bahan rumah tangga berarti semakin mudanya umur pelaku/pembuat bom dan semakin acak dan tak terorganisirnya pelaku;
Produksi dan distribusi informasi tentang teror bom dan radikalisme Islam lainnya perlu disikapi oleh pelajar SLTA dalam ”tatabahasa” mereka sendiri;
Fasilitasi untuk pelajar SLTA dalam banjir informasi gerakan Islam radikal dengan tindakan counter-narrative;
Solusi
Projek ini menumbuhkan sikap counter-narrative terhadap radikalisme. Diperlukan langkah strategis sebagai berikut:
Menghadirkan sumber informasi yang berimbang, terpercaya, dan ramah pengguna (user friendly) untuk menyikapi radikalisme Islam untuk umur pembentukan;
Mengapresiasi mobile phone dan media sosial untuk proses belajar sosial;
Memfasilitasi dan mendampingi pelajar SLTA untuk belajar gerakan Islam radikal: mendiskusikannya,
Memfasilitasi pelajar SLTA untuk meng-counter (sikap menolak) dan menerjemahkannya dalam format video-pendek, dan membincangkannya di media sosial, dengan tag-line: ”Yuk, bertukar video Tolak Terorisme di HP 500 Ribuan” (standar 3GP)
Pelajar SLTA (usia 15-18), guru agama dan BK, rohis dan OSIS, serta orang tua di Kabupaten Sleman Propinsi DIY dan Kota Mataran Propinsi NTB
Target
Target grup pelajar SLTA (usia 15-18), guru agama dan BK, rohis dan OSIS, serta orang tua di Kabupaten Sleman Propinsi DIY dan Kota Mataran Propinsi NTB.
Indikator Sukses
Pelajar SLTA (SMA, SMK, MA) mampu:
Mengenali gerakan Islam radikal
Bersikap menolak tawaran gerakan Islam radikal
Penyikapan dinyatakan dengan proses belajar melalui mobile phone dan media sosial.
Lokasi
Yogyakarta
Dana yang Dibutuhkan
900 juta rupiah
Durasi Proyek
9 (sembilan) bulan per Nopember 2011 – Agustus 2012