Nama Inisiator
Dhyta Caturani
Organisasi
NA
Topik
Keadilan dan kesetaraan akses terhadap media
Deskripsi Proyek
Proyek ini ditujukan untuk membangun gerakan yang akan memobilisir remaja untuk mereposisi diri dari sekedar menjadi konsumen bagi media mainstream untuk menjadi subyek/pelaku aktif penyebaran informasi yang terkait dengan suara atau opini remaja sendiri terhadap persoalan-persoalan atau isu-isu strategis yang berkembang di masyarakat (misalnya isu-isu pluralisme dan toleransi, kasus-kasus korupsi yang marak, fakta komersialisasi pendidikan). Untuk menjadi subyek/pelaku dalam media maka gerakan ini harus terlebih dulu ‘merebut’ akses yang memang selama ini tidak pernah diberikan kepada remaja oleh media mainstream. Akses atas media yang didapatkan akan dimanfaatkan untuk mempublikasikan output-output yang akan diproduksi oleh remaja yang berisi suara atau opini dan masukan-masukan remaja untuk masyarakat dan pemimpin negara terkait dengan isu-isu tertentu. Adapun output tersebut bisa berupa tulisan, audio visual maupun rekaman audio. Untuk mempertajam gaung gerakan ini dan memperluas jangkauan publikasi suara/opini remaja, gerakan ini akan memposisikan diri sebagau Opinion Hub bagi remaja dengan memanfaatkan jejaring media sosial, yakni Facebook, Twitter, Blog dan website yang memang sudah cukup akrab di kalangan remaja.
Masalah yang Diangkat
Selama ini media mainstream hanya menjadikan remaja sebagai konsumen atas produk-produk yang mereka hasilkan dan tidak pernah memberikan akses yang memadai kepada mereka untuk menyuarakan opini baik mereka terutama yang terkait dengan persoalan-persoalan atau isu-isu strategis yang berkembang di tataran masyarakat maupun di tataran negara. Contohnya, dalam diskursus-diskursus publik, media hanya berfokus pada kelompok politisi, akademisi ataupun bahkan selebritas untuk menyampaikan opini mereka, namun selalu melupakan suara remaja sebagai elemen masyarakat yang juga mempunyai peran yang tak kalah pentingnya. Kebekuan akses atas media mainstream inilah yang kemudian juga melahirkan fenomena dimana sebagian remaja beralih pada tehnologi jejaring media sosial seperti Facebook, twitter, dan blog untuk menyuarakan pemikiran-pemikiran mereka. Namun apakah dinamika remaja di jejaring media sosial ini membuat mereka lebih berdaya atau lebih didengarkan? Ternyata tidak. Karena pemanfaatan media sosial sejauh ini dilakukan secara individu dan sporadik, Tidak terintegrasinya suara individu-individu remaja dalam satu wadah gerakan yang solid menjadikan pemanfaatan jejaring media sosial tidak efektif untuk tujuan ini. Seperti lingkaran setan, situasi ini kemudian lebih jauh menghasilkan generasi-generasi muda yang tidak peduli dan tidak peka terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat.
Solusi
1. Mengorganisir sebanyak mungkin remaja untuk terlibat dalam gerakan ini.
2. Memanfaatkan jejaring media sosial (Facebook, twitter, blog, website) untuk memperluas jangkauan gerakan ini.
3. Membangun dan menggerakan Opinion Hub dalam bentuk website yang akan mengintegrasikan akun-akun sosial media pribadi (facebook, twitter, blog) milik individu remaja dan mempublikasikan opini/masukan mereka dalam website gerakan ini berupa tulisan, audio visual (baik dengan memanfaatkan kamera video semi pro ataupun kamera telepon genggam) dan rekaman suara.
4.Penjaringan dan penggalian opini dilakukan melalui penerimaan tulisan/artikel, pembuatan audio visual durasi pendek atau rekaman audio untuk dipublikasikan secara luas melalui media mainstream.
5. Menyelenggarakan workshop/pelatihan produksi (menulis, audio visual, rekaman suara) yang layak publikasi di media mainstream.
6. Mengupayakan negosiasi dengan mainstream media untuk memberikan slot bagi gerakan ini untuk mempublikasikan suara/opini anak muda/remaja dengan menayangkan output-output yang digagas dan diproduksi oleh gerakan ini serta mendorong media untuk mengundang representasi remaja dalam acara-acara talkshow.
7. Media roadshow untuk menggali standard tayangan/publikasi media langsung dari tangan pertama.
8. Aktivitas tambahan yang akan dilakukan adalah, mengundang seorang public figure yang terkait dengan satu isu tertentu untuk terlibat dalam proses tanya jawab dengan anak muda/remaja dan untuk menerima masukan dari mereka melalui chatting massal menggunakan Instant Messenger. Hasil dari proses ini akan kembali dipublikasikan, termasuk apabila public figure yang diundang tidak bersedia untuk hadir.
Pihak yang menerima manfaat adalah remaja usia 16 – 24 tahun di Jabodetabek. Penerima manfaat tidak langsung: remaja di wilayah-wilayah lain di Indonesia (partisipasi online)
Target
Penerima manfaat langsung: Remaja usia 16 – 24 tahun di Jabodetabek. Penerima manfaat tidak langsung: Remaja di wilayah-wilayah lain di Indonesia (partisipasi online)
Indikator Sukses
Meningkatnya jumlah partisipasi anak muda/remaja dalam setiap aktivitas online/offline gerakan ini.
Meningkatnya jumlah pengakses dan pengambil manfaat Opinion Hub melalui akun media sosial dan website gerakan yang akan dievaluasi setiap 2 bulan.
Keberhasilan menembus mainstream media untuk menayangkan output gerakan berupa audio visual untuk media televisi, tulisan untuk media cetak dan rekaman audio untuk media radio (berdasarkan jumlah).
Lokasi
Jakarta Selatan
Dana yang Dibutuhkan
800 Juta Rupiah
Durasi Proyek
Maret 2012 – Maret 2013 (1 tahun) dengan harapan berlanjut