60 - MATAOLI KISAH PARA IANFU

Nama Inisiator

Eka Hindrati

Bidang Seni

penelitian

Pengalaman

19 Tahun (1999-2018)

Contoh Karya

Emah Kastimah (Cimahi).mp4

Kategori Proyek

riset_kajian_kuratorial

Deskripsi Proyek

Proyek riset penulisan sejarah lisan dari 26 penyintas "ianfu" (Praktik Sistem Perbudakan Seksual Militer Jepang) diberbagai wilayah di Indonesia (Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku). Proyek ini telah dimulai sejak tahun 2009-sampai saat ini. Proses riset yang berjalan lama dan lambat, disebabkan karena pembiayaan dilakukan secara independen. Hasil dari riset dan penulisan sejarah lisan akan diterbitkan menjadi buku. Isi buku selain berisi kesaksian dari para penyintas "ianfu" Indonesia, juga akan dilengkapi dengan tulisan dari Profesor Su Zhiliang dari Universitas Normal, Shanghai di Cina. Ia telah melakukan penelitan "ianfu" di Cina selama 24 tahun. Tulisan Profesor Su Zhiliang mengenai awal mula dimulainya Praktik Ianfu oleh militer Jepang secara sistematis di Cina, yang dijadikan acuan militer Jepang untuk menerapkan Praktik Ianfu diseluruh wilayah Asia Pasifik, termasuk di Indonesia. Tulisan MATAOLI KISAH PARA IANFU akan menjadi buku paling lengkap yang mengupas tentang Praktik Ianfu di Indonesia. Buku dapat menjadi rujukan informasi untuk publik akan mempelajari isu "Ianfu" di Indonesia.

Latar Belakang Proyek

Saya telah melakukan penelitian "ianfu" di Indonesia sejak tahun 1999 sampai sekarang, bekerja sama dengan Dr. Koichi Kimura, seorang teolog dari Jepang yang telah membongkar kasus "ianfu" di Indonesia tahun 1992. Kemudian tahun 2007, kami berhasil menerbitkan sebuah buku, hasil riset bersama selama 4 tahun (2002-2007), yang berjudul Momoye Mereka Memanggilku. Enam bulan setelah buku ini terbit, Mardiyem meninggal dunia di Yogyakarta. Sehingga buku ini menjadi buku yang paling lengkap mengungkap pengalaman pahit penyintas "ianfu", menjalani sejarah gelap sebagai korban perbudakan seksual militer Jepang lebih dari 50 tahun. Satu tahun setelah Momoye terbit, saya mulai menyadari bahwa masih banyak kisah-kisah yang terbenam dari para penyintas "ianfu" belum terdokumentasikan dan dituliskan untuk publik di Indonesia. Sejak itu, saya mulai melakukan riset secara perlahan-lahan dengan dana terbatas. Saya mulai melakukan perjalanan ke berbagai wilayah di Indonesia untuk mewawancarai para penyitas "ianfu". Riset dengan dana terbatas ini sering terhenti akibat biaya riset yang habis. Sehingga saya harus bekerja dulu secara paruh waktu untuk mengumpulkan uang riset. Dapat dikatakan bahwa pengajuan dana ini untuk melanjutkan riset yang sering tertunda hingga ke tahap penulisan untuk menjadi tulisan yang siap diberikan ke penerbit buku.

Masalah yang Diangkat

Isu utama yang yang terkandung dalam riset ini adalah Mengungkap Perbudakan Seksual, dikenal dengan istilah Praktik Ianfu (Praktik Sistem Perbudakan Seksual Militer Jepang di Indonesia 1942-1945). Indonesia merupakan salah satu dari 7 negara di Asia Pasifik dan Belanda yang mengalami Praktik Ianfu selama Perang Asia Pasifik berlangsung 1931-1945. Pengungkapan kesaksian melalui penyintas "ianfu" bukan hanya upaya mendobrak kebisuan lebih dari 50 tahun soal kekejaman perang terhadap anak dan perempuan, tetapi juga mendorong pemerintah Indonesia untuk berperang aktif mendukung perjuangan para penyintas "ianfu" memperoleh keadilan serta memberikan tekanan kepada pemerintah Jepang yang belum menyelesaikan tanggung jawab politiknya untuk masalah "ianfu" di kawasan Asia Pasifik.

Indikator Sukses

Indikator sukses proyek ini, pada saat hasil riset berhasi dibukukan oleh penerbit komersial yang memiliki jangkauan distribusi yang luas. Hal ini berdasarkan pada pengalaman sebelumnya, ketika saya dan Dr. Koichi Kimura berhasil menerbitkan hasil penelitian sejarah lisan independen selama 4 tahun menjadi buku Momoye Mereka Memanggilku. Buku ini berisi tentang kesaksian Mardiyem, penyintas "ianfu" dari Yogyakarta, Jawa Tengah yang mengalami perbudakan seksual selama 3,5 tahun (1942-1945) di ianjo (bordil militer Jepang) di Telawang, Kalimatan Selatan. Sejak buku Momoye terbit pada bulan April 2007, buku ini telah menjadi buku rujukan satu-satunya di Indonesia mengenai pengalaman penyintas "ianfu" secara mendalam. Sehingga buku ini telah dijadikan bahan kajian akademis oleh mahasiswa strata 1, strata magister dan doktoral di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Selain itu buku Momoye juga menginspirasi, para seniman, fotografer dan pembuat film dokumenter untuk mengangkat isu "ianfu" ke publik melalui medium yang berbeda-beda. Untuk itu dengan hadirnya buku Mataoli Kisah Para Ianfu, akan menambah sumber rujukan bagi literatur yang membahas Praktik Perbudakan Seksual militer Jepang di Indonesia, dan tentunya buku ini akan sangat penting dan mendesak untuk segera diterbitkan.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.150 Juta

Durasi Proyek

9 bulan