1063 - Sakeco, “ Ekspresi Tradisi Lisan Wanita Sumbawa”

Nama Inisiator

Oyi Febri Suryaningsih

Bidang Seni

seni_pertunjukan

Pengalaman

5 Tahun

Contoh Karya

bcb.jpg

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

Sakeco merupakan salah satu bentuk penyampaian aspirasi melalui unsur kelisanan yang paling digemari oleh masyarakat Sumbawa. Seni tradisi lisan ini dimainkan oleh dua orang dengan cara melantunkan lawas sambil memukul 2 buah alat rebana kecil (ode) sebagai alat musik pengiring ketika penutur menyelesaikan satu alinea cerita kemudian dilanjutkan ke bait cerita berikutnya. Lawas-lawas yang dilantunkan dalam seni tradisi lisan sakeco berisi tentang cinta kasih muda-mudi, nasehat agama (akherat), kepatriotan, perjuangan yang penuh heroik di masa lalu, politik, perkawinan, dan nilai gotong royong yang berazaskan kekeluargaan. Pertunjukan tradisi lisan sakeco sampai saat ini masih tetap bertahan dalam masyarakat pemiliknya. Bagi orang Sumbawa (tau Samawa) seni ini digunakan untuk memeriahkan acara seperti upacara adat ramai mesa, sunatan (khitanan), tokal basai. Proyek ini bertujuan untuk melestarikan budaya Sakeco terutama pada kaum wanita dan memberikan ruang kepada wanita untuk mengekspresikan aspirasi atau ideologinya secara lisan yang akan dikemas dalam suatu kompetisi. Beberapa tim terbaik dari hasil kompetisi akan dibimbing menjadi suatu komunitas sakeco wanita dibawah bimbingan inkubator Seni Sumbawa Technopark. Inkubator seni Sumbawa Technopark merupakan wadah untuk menginkubasi atau membina talent–talent muda yang memiliki potensi dibidang seni.

Latar Belakang Proyek

Sumbawa merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sumbawa memiliki keragaman kesenian budaya. Salah satunya yaitu Sakeco. Sakeco merupakan kesenian yang banyak di gemari oleh masyarakat sumbawa, alatnya berupa dua buah rabana dan di mainkan oleh dua orang seniman penabuh umumnya laki-laki dewasa dengan membawa syair berbahasa sumbawa yang di namakan lawas. Alat yang di gunakan itu terbuat dari kayu kamboja (kayu jepun) yang salah satu bagiannya di tutup dengan kulit kambing yang telah di keringkan dan di ikat dengan rotan dan kawat. Musik tradisional sakeco biasanya dibawakan pada acara budaya Sumbawa seperti upacara adat ramai mesa, sunatan (khitanan), tokal basai dan lainnya merupakan media lisan dalam menyampaikan suatu aspirasi atau nasehat kepada publik. Namun masih sangat jarang pembawa sakeco dari kaum wanita karena kurangnya inisiasi dan fasilitas yang ada, padahal disisi lain banyak aspirasi maupun nasehat yang dapat mereka sampaikan melalui media sakeco, sehingga dibutuhkan inisiasi dan bimbingan kepada wanita Sumbawa berupa pembinaan komunitas sebagai media ekspresi lisan sakeco. Disis lain, proyek ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sakeco sebagai seni melalu teknologi seperti video latar dengan gambar yang sesuai narasi dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia/Inggris sehingga dapat dinikmati juga oleh masyarakat luar.

Masalah yang Diangkat

Proyek ini berawal dari kurangnya ruang bagi wanita Sumbawa dalam menyampaikan aspirasi dan pikirannya di hadapan publik, sehingga Sakeco ingin dijadikan sebagai media dalam mengekspresikan aspirasi wanita secara lisan dan bersifat kultural. Selama ini sakeco seringkali dimainkan oleh kaum laki laki, hal ini dikarenakan kurangnya komunitas sakeco untuk kaum wanita, sehingga banyak wanita yang memiliki kemampuan sakeco namun kurang diberdayakan padahal banyak sekali argument dan aspirasi wanita sumbawa yang bisa mereka sampaikan.

Indikator Sukses

Terlahirnya komunitas sakeco wanita Sumbawa yang telah dibimbing dan telah mahir mempertunjukan Sakeco dihadapan publik, serta dapat menyebarkan nilai budaya sakeco kepada wanita Sumbawa lainnya. Dan juga terjaganya kelestarian sakeco dengan menghasilkan karya yang bisa berkelanjutan/sustainable yang ditandai dengan tumbuhnya partisipasi masyarakat untuk mengkonsumsi sakeco secara komersial seperti pertunjukan berbayar.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.25 Juta

Durasi Proyek

5 bulan