1126 - Makkunrai Project 2018

Nama Inisiator

Lily Yulianti

Bidang Seni

sastra

Pengalaman

Menulis cerita pendek fiksi sejak 1990, menerbitkan buku sendiri sejak 2008, memproduseri monolog berdasar cerpen sejak 2008, mengelola festival sastra sejak 2011.

Contoh Karya

ayahmu bulan, engkau matahari-edited.pdf

Kategori Proyek

lintasgenerasi

Deskripsi Proyek

Makkunrai Project yang saya gagas berangkat dari keinginan bekerjasama dengan perempuan penulis,seniman panggung dan audio visual Sulawesi Selatan untuk menyebarkan kisah dalam kumpulan cerpen pertama saya yang berjudul "Makkunrai" yang terbit 2008. Bersama aktor panggung Luna Vidya, cerita pertama yang kami angkat ke panggung adalah "Dapur" yang menceritakan respon perempuan berbeda generasi terhadap kerusuhan Ambon dan korupsi di pemerintahan. Kami mementaskan monolog Dapur di sebuah kafe (2009), lalu ke Ubud Writers and Readers Festival (2009), Singapore Writers Festival (2009), Makkunrai di Festival April Jakarta (2009), Nyonya Juga Caleg (2009). Semua bertumpu pada keinginan bekerja dengan perempuan untuk menyebarkan respon perempuan terhadap isu sosial, politik dan korupsi. Makkunrai Project sempat bekerja sama dengan Forum Pemerhati Masalah Perempuan untuuk program Pundi-Pundi Perempuan, bertujuan menyumbangkan dana bagi caleg perempuan yang berpotensi namun tidak berasal dari dinasti politik lokal di Sulawesi Selatan. Di tahun 2010-2017 Makkunrai Project vakum karena saya memutuskan mendirikan Rumah Budaya Rumata' bersama sutradara film Riri Riza dan meluncurkan Makassar International Writers Festival sejak 2011 hingga sekarang. Makkunrai Project 2018 akan memfokuskan pada penceritaan tokoh perempuan, isu perempuan dan pemikiran perempuan Sulawesi Selatan dalam bentuk pembacaan cerpen dan monolog, kuliah umum, film dokumenter pendek keliling SULSEL dan SULBAR

Latar Belakang Proyek

Buku cerpen Makkunrai terbit tahun 2008 dan mendapat sambutan pembaca di Makassar dan dalam waktu singkat memantik diskusi di kelas-kelas sastra di kampus dan komunitas. Sebagai jurnalis dan aktivis perempuan, saya kemudian tergerak memperluas pembaca/penonton dalam rangka menyebarkan kesadaran akan isu-isu perempuan yang disampaikan melalui sastra, pertunjukan panggung dan diskusi publik. Tahun 2008, kami merintis pertunjukan di kafe - hal yang pertama kali dilakukan di Makassar saat itu - di mana aktor panggung Luna Vidya mengadaptasi cerpen Dapur saya menjadi monolog, bercerita tentang tiga perempuan yang merespon kerusuhan Ambon dan korupsi kecil-kecilan di instansi pemerintah dari meja dapur mereka. Yang menjadi latar belakang Makkunrai Project adalah: keinginan sekelompok perempuan di bidang seni dan sastra untuk menentukan isu penting untuk disuarakan/disebarkan melalui medium pembacaan cerita pendek dan pertunjukan monolog. Tahun 2008-2009 yang riuh dengan berita politik seputar Pemilu dan Pilpres 2009 pun menjadi momentuk Makkunrai Project melahirkan produksi "Nyonya Juga Caleg", dan sejak itulah saya ingin melestarikan upaya bersama ini: Makkunrai, perempuan Bugis Makassar yang berkumpul, merumuskan, mengerjakan dan menggerakkan sebuah kegiatan sastra dan seni untuk menyuarakan isu-isu perempuan.

Masalah yang Diangkat

Kumpulan Cerpen Makkunrai yang menjadi titik berangkat Makkunrai Project memiliki beberapa tema besar yang direspon atau diceritakan dari sudut pandang perempuan, yakni korupsi, agama, relasi kuasa dalam keluarga antara ayah, ibu, anak (laki-laki dan perempuan), relasi kuasa dalam keluarga besar, kekerasan, kerusuhan rasial, kerususah berbasis-agama, poligami, dan respon perempuan terhadap ekspektasi sosial yang dilekatkan pada dirinya. Makkunrai Project menjadi sebuah program yang unik, kritis dan penting bagi seniman/pekerja seni perempuan antar-generasi di Makassar, khususnya yang telah membantu saya selama ini menjaga semangat dan daya kritis dalam program-program untuk menyuarakan isu perempuan. Misalnya, tahun lalu, di Makassar International Writers Festival 2017, sekelompok perempuan muda bekerja sama dengan saya untuk membuka program RUANG BERSAMA - dialog yang berani untuk mempercakapkan pernikahan beda agama, hidup dengan orang yang berbeda keyakinan.

Indikator Sukses

Terselenggaranya serangkaian pertunjukan monolog, pembacaan karya dan pemutaran film dokumenter pendek dan diskusi di 5 tempat di Sulawesi Selatan dan 5 tempat di Sulawesi Barat, mulai dari periode Mei 2018 - Oktober 2018, yang proses dan pengerjaannya melibatkan 80 persen perempuan, khususnya dalam kerja-kerja strategis dalam produksi proyek ini - hal yang sangat jarang saya temui secara pribadi melihat pengalaman pribadi dalam pengerjaan kegiatan, kebanyakan tim kerja perempuan mengisi unit kerja tradisional seperti : seksi konsumsi, penerima tamu, administrasi. Indikator sukses lainnya adalah dengan menargetkan penonton muda laki-laki dan perempuan usia 18-35 tahun dengan menargetkan penyelenggaraan di kampus, sekolah dan festival sastra.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.250 Juta

Durasi Proyek

6 bulan