1139 - surat kabar

Nama Inisiator

Fitri Anggraini

Bidang Seni

seni_pertunjukan

Pengalaman

5 tahun

Contoh Karya

_DSC1264.JPG

Kategori Proyek

perjalanan

Deskripsi Proyek

proyek ini adalah hal yang penting untuk saya karena proyek ini mencari keberadaan mengenai apa yang saya takuti selama ini. proyek ini akan berujung pada pertunjukan tari, yang dimana pokok bahasnya adalah mengenai budaya Minang. selama ini saya mengenal budaya Minang hanya secara lisan tanpa merasakan secara langsung, beradaptasi di dalam lingkungannya. proyek ini ingin mendekatkan apa yang saya rasa begitu jauh dengan akar saya sebagai garis keturunan ibu. mengapa kategori perjalanan yang saya pilih karena proyek ini saya rasa pas untuk keresahan saya dalam beradaptasi dan mengenal tanpa harus memaksakan pada tujuan-tujuan tertentu . saya ingin berlangsung secara natural atau dalam bentuk keseharian untuk lebih mengenal dekat dengan kebiasaan, cara hidup, pola fikir, cara berjalan dan hal yang saling mempengaruhi tradisi di Minang hingga kata Matrilineal menjadi begitu melekat pada budaya Minang. proyek ini akan menggabungkan sudut pandang saya yang beradaptasi dengan kekayaan tubuh penari Minang dan penari Jakarta yang pastinya akan terciptanya keresahan ataupun kenyamanan pada bahasa tubuh mereka. saya tidak mengincar kesempurnaan dalam karya, keunikan dalam individu yang berfikir akan menjadi pengalaman lisan berikutnya. sebagai seniman perempuan yang lahir besar di Jakarta mencoba keluar dari zona nyaman guna melihat sudut-sudut pandang baru walau lagi secara lisan.

Latar Belakang Proyek

ketakutan lebih tepatnya mencoba membangkitkan memori yang kosong mengenal budaya Minang. saya hanya mengetahui pengalaman melalui lisan dari ibu saya yang merupakan orang Minang. saat saya membuat karya tari dengan ide dari salah satu filosofi di Minang yang saya kaitkan dengan krisis kepercayaan diri saya pada waktu itu, mengantarkan saya kepada ketakutan kepercayaan diri berikutnya yaitu pandangan orang di Minang bahwa saya bisa atau akan merusak atau pun menghina budaya Minang, karena saya hanya mengetahui budaya tersebut melalui lisan. saat karya yang berjudul "KABA" ini selesai di pentas-kan di Indonesia Dance Festival 2016 karya ini mendapatkan sesuatu yang menepis ketakutan saya selama ini karena memang yang saya lakukan tidak ada tujuan untuk merusak atau pun menghina budaya Minang. hal ini yang mengantarkan saya bahwa ada yang kurang juga belum saya pahami yaitu pengalaman secara langsung untuk lebih mengenal, budaya Minang dan bagaimana menepis kata sulit "melunturkan" tubuh, tidak ada yang tidak bisa di adaptasikan dengan pengalaman dengan daerah asal sang penari. tidak ada yang lebih penting untuk berani mengisi memori lisan dengan pengalaman tubuh dengan berfikir.

Masalah yang Diangkat

mengisi kekosongan dengan pengalaman dan interaksi langsung tanpa menjanjikan tema tertentu di awal tulisan, karena budaya Minang memiliki ribuan alasan saya tidak menciptakan gagasan tertentu. perjalanan ini yang akan membangkitkan tema dan ide yang muncul untuk di pertanggung jawabkan. kekosongan bukan alasan untuk tidak menciptakan tema di awal, kekosongan adalah pernyataan bahwa tema dan ide akan muncul jika sepakat untuk di isi. lalu bagaimana saya sebagai seniman perempuan menyepakati bahwa keresahan dan kekosongan perempuan mampu mewujudkan pertanyaan berikutnya, mengenai perjalanan dan pengalaman lisan saya mengenal budaya Minang dan unsur-unsur di dalamnya yang belajar dari alam dan memiliki kepekaan di setiap langkahnya. Budaya Minang menjujung perempuan di dalam filosofi kehidupan disana tanpa melepaskan nilai norma dan pentingnya keberadaan sosok laki-laki. Budaya Minang menjadi penting untuk saya, karena saya belajar untuk lebih berhati-hati dalam setiap langkah seperti filosofi silat Minang, belajar seperti "alam takambang jadi guru", Alam tidak pernah berubah akan terus menjadi sosok yang kita ketahui, namun alam juga tidak lupa bahwa ada hal yang menentukan perkembangannya tanpa menghilangkan kodratnya. bagaimana menjadi bijaksana dalam setiap masalah "Alu tataruang patah tigo, samuik tapijak indak mati". krisis kepercayaan diri awal alasan untuk mengisi kekosongan saya sebagai seniman perempuan saat ini.

Indikator Sukses

perjalanan ini bukan hanya untuk mengisi hingga penuh tanpa bisa di kendalikan. kesuksesan adalah saat saya menyadari bahwa "candu" menciptakan zona nyaman, dan saya harus berani keluar kembali dari zona tersebut. kesuksesan menjadi sesuatu yang meresahkan saya, namun tidak bisa di pungkiri bahwa sukses harus di lakukan degan perjalanan tanpa menunggu pernyataan. perjalanan menyebar candu kepada seniman perempuan di Sumatra Barat untuk berani meraih sukses dalam kekosongan dengan perjalanan, menjadi salah satu alasan saya dan indikator kesuksesan dalam proyek ini.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.40 Juta

Durasi Proyek

6 bulan