Nama Inisiator
Anggi Nurqonita
Bidang Seni
lainnya
Pengalaman
7 tahun menekuni diplomasi budaya dan kemanusiaan
Contoh Karya
kelas-tari.jpgKategori Proyek
akses
Deskripsi Proyek
“SchoolaTourRahim” bertujuan memperluas konsep “silaturahim” di level komunitas sekolah (“School”) melalui komunikasi interaktif dan pertukaran siswa (“Tour”) untuk saling mempromosikan nilai budaya dengan penuh keakraban dan kasih sayang (“Rahim”). Sekolah yang diprioritaskan adalah SD/SMP yang dipimpin oleh Kepala Sekolah perempuan. Semakin beragam sekolah yang terlibat semakin baik, sebab kian terbuka akses komunikasi antara sekolah di pedesaan dan di perkotaan, antara sekolah kaya dan sekolah biasa-biasa saja, antara sekolah internasional dan sekolah lokal, antara sekolah yang latar budaya/agamanya berbeda, dan seterusnya. “SchoolaTourRahim” diawali dengan pelatihan penggunaan sosmed secara edukatif untuk saling sapa antar komunitas sekolah. Selanjutnya saling mengenalkan budaya, aktifitas sehari-hari, dll., yang dipandu oleh perwakilan siswa perempuan. Konten komunikasi tidak dibatasi, hanya diarahkan agar masing-masing sekolah bisa menjadi kian akrab dan kian “dekat” dengan sekolah-sekolah lain yang selama ini “jauh” (dalam arti harfiah maupun kiasan). Rangkaian komunikasi dan “kunjungan online” akan diikuti dengan “kunjungan fisik”, yang formatnya disesuaikan dengan anggaran dan rentang jarak sekolah (antar kota, antar pulau, antar negara). Keberhasilan pelaksanaan di 2018, berpotensi memancing dukungan tambahan lainnya untuk memperluas cakupan hingga memungkinkan memberi akses ke sekolah-sekolah di desa untuk ber”silaturahim” dengan teman-temannya di sekolah lain di luar negeri.
Latar Belakang Proyek
Istilah “silaturrahim” sangat populer di Indonesia, konteksnya masih sering hanya di level antar individu. “SchoolaTourRahim” berniat memperluas nilai “silaturrahim” ke level yang lebih tinggi: agar komunitas sekolah ( “school”) mampu ber-silaturahim melintas batas fisik (desa-kota, antar propinsi, hingga kelak antar negara) dan melintas batas budaya (adat istiadat, agama, kaya-miskin, lokal-global) melalui kunjungan-kunjungan (“tour”) baik lewat dunia maya (online) maupun nyata. Ide awal “SchoolaTourRahim” mulai terpikir tahun 2005, sepulang menghadiri Konferensi Anak dan bertemu Presiden serta Menteri di Istana Negara, Jakarta. Karena saat itu masih duduk di kelas 4 SD di Pekalongan, saya belum bisa berbuat banyak selain hanya menyimpan angan alangkah asyinya kalo sekolah-sekolah di desa bisa dengan mudah ber-silaturahmi dengan sekolah-sekolah lain di kota. Tahun 2013 saya berkesempatan mempresentasikan konsep dasar “SchoolaTourRahim” di Geneva, saat terpilih sebagai presenter termuda di acara Ignite State UN Global Platform. Kesibukan di SMA, yang kemudian disusul dengan aktifitas perkuliahan yang padat di UI, kurang memungkinkan saya untuk menindaklanjuti kontak-kontak networking yang terbangun usai mempresentasikan konsep “SchoolaTourRahim”. Kini di tahun 2018, dengan ketersediaan waktu yang kian longgar dan bertambahnya networking dari jejaring swasta dan Pemda Pekalongan, proyek “SchoolaTourRahim” ingin saya tindaklanjuti pelaksanaannya secara full time.
Masalah yang Diangkat
* Mempersempit kesenjangan antara komunitas sekolah, teristimewa yang memiliki rentang perbedaan sosial budaya (sekolah yang berbeda latar-agama, sekolah berstatus ‘internasional’ di kota besar dengan sekolah sederhana di desa, sekolah negeri dan sekolah swasta, dst). * Mendorong komunitas sekolah untuk mampu memfungsikan teknologi internet/ sosmed secara optimal guna membuka jendela cakrawala selebar-lebarnya melalui interaksi seluas-luasnya dengan komunitas sekolah lain, hingga kelak menjangkau antar negara. *Menumbuhkan rasa percaya diri para siswa akan kian terbangun untuk bangga pada budaya sendiri dan tergerak menghargai budaya orang lain, serta termotivasi untuk memahami bahasa-bahasa daearah lain maupun bahasa asing. *Mematahkan mitos bahwa “hanya siswa-siswa sekolah kaya” yang mampu naik pesawat ke lain pulau atau ke luar negeri. Interaksi intens yang terbangun antara sekolah-kaya dan sekolah-sederhana yang terbangun lewat “SchoolaTourRahim”, memungkinkan terjadinya saling bantu antar komunitas sekolah, sehingga siswa dari sekolah-sederhana bisa tersubsidi untuk melakukan tour edukatif ke luar pula bahkan luar negeri. Bila inisiasi “SchoolaTourRahim” berlangsung mulus di 2018, maka tahun 2020 diyakini akan sudah mampu menggalang dukungan dari jaringan KBRI, lembaga-lembaga internasional, kedutaan-kedutaan asing, dan pihak swasta, untuk memperluas akses agar komunitas sekolah di desa-desa bisa ber-silaturahim dengan teman-temannya di luar negeri.
Indikator Sukses
• Jumlah Kepala Sekolah perempuan dan guru-guru perempuan yang terlibat dalam kegiatan • Jumlah siswa-siswa yang terlibat dalam kegiatan, dengan rata-rata tingkat keterlibatan siswa perempuan minimal 60% • Rentang disparitas sekolah-sekolah yang terlibat aktif berinteraksi, makin heterogen berarti makin sukses • Kesiapan proyek untuk direplikasi di daerah lain • Kesiapan Pekalongan untuk melanjutkan proyek secara mandiri dan menjadi role model/ narasumber untuk pengembangan di daerah lain
Dana yang Dibutuhkan
Rp.380 Juta
Durasi Proyek
9 bulan