1226 - Benang Kenang (menggali sejarah ruang warga Barabaraya)

Nama Inisiator

Fitriani

Bidang Seni

kriya

Pengalaman

6 tahun

Contoh Karya

KATALOG_BOMBENANG.pdf

Kategori Proyek

riset_kajian_kuratorial

Deskripsi Proyek

Proyek “Benang Kenang” ini karya Bom Benang 2018. Karya ini digolongkan dalam seni serat dengan media campuran dengan dimensi bervariasi. Kata “kenang” sebagai ungkapan membangkitkan kembali ingatan, mengingat, dan membayangkan masa lampau. Bom Benang 2018 akan berfokus penggalian memori warga Bara-Baraya, Makassar, ketika mulai bermukim dan bagaimana memulai hidup serta bertahan di wilayah yang dikenal sebagai kawasan hunian padat di Makassar. Model penggalian itu menggunakan kerajinan sebagai alat kerja penelitian, terutama narasi perkampungan dan kerajinan yang dulu mereka pakai sebagai hiasan di rumah masing-masing, sekaligus jalan masuk berbaur dengan warga melalui cara kerja seni. Pameran ini akan berlangsung di halaman rumah masing-masing, memamerkan hasil kriya yang mereka pelajari dan kerjakan sendiri selama proyek. Yang akan dikerjakan pada proyek ini antara lain: 1) Workshop kriya, 2) Riset dan penulisan , 3) Pameran kriya yang telah dibuat dan dimiliki oleh warga perempuan dari masa sejak warga bermukim ditempat tersebut hingga kini. 4) Pameran arsip foto keluarga yang direpro oleh tim kerja, 4) Pengarsipan dalam bentuk audio visual dan buku yang isinya proses berkarya warga biasa dan perkembangan peserta dan tim kerja selama proses berangsungnya proyek. Proyek ini melibatkan: crafter, peneliti dan penulis, illustrator, videographer, fotografer, curator, seniman, arsitek, psikolog, advokat.

Latar Belakang Proyek

Bom Benang adalah istilah pengindonesiaan dari yarn bombing/knit graffiti, sebagai seni jalanan atau grafitti rajutan karena menggabungkan benang warna warni menjadi berbagai bentuk lalu membungkusnya ke sebuah benda. Karya instalasi ini tidak bersifat permanen dan mudah dipindahkan karena itu tidak membuat kerusakan. Bom Benang merupakan proyek yang dikerjakan bersama The Ribbing Studio dan Komunitas Quiqui sejak tahun 2012 yang kemudian menjadi alat kampanye dalam menyuarakan aspirasi. Seiring waktu gagasan ini kemudian berkembang tidak hanya meliputi rajutan namun kini berkembang menjadi seni berbasis serat. Bom Benang kemudian mengeksplorasi berbagai jenis material hingga berbahan natural seperti eceng gondok yang tersedia gratis di sungai-sungai yang beredar di wilayah Makassar. Melalui media craft warga difasilitasi mempelajari jenis kerajinan yang bahan bakunya mudah didapatkan disekitar tempat tinggal mereka. Bahan bakunya dapat terbuat dari bahan artifisial (benang polyester dll) maupun serat alami (benang katun, kain katun, eceng gondok, kain katun perca, kertas, bamboo, dll) Ini memudahkan warga agar tidak memiliki ketergantungan pada bahan baku. Warga bisa mengelola material apa saja yang tersedia di sekitar mereka yang lebih baik lagi jika bahan baku tersebut bisa didapatkan dengan gratis.

Masalah yang Diangkat

Sudah tidak terbantahkan lagi dalam seni pengorganisiran perempuan dan anak-anak-lah yang paling konsisten dalam mengikuti kesepakatan bersama dan mempunyai daya tahan lebih baik dibanding mengorganisir kaum laki-laki. Hal ini terjadi pula dan kasus penggusuran warga Bara-Baraya di Kota Makassar. Kecamatan Bara-Baraya merupakan salah satu wilayah padat di kota Makassar yang wilyahnya terancam digusur. Ada tiga tahapan penggusuran warga yang terjadi. Penggusuran warga tahap pertama telah berlangsung, penggusuran warga tahap kedua sementara dalam proses hokum dan menunggu putusan sidang, tahap ketiga menyusul segera putusan untuk tahap kedua keluar. Sasaran proyek ini adalah warga perempuan dan anak di wilayah penggusuran tahap ketiga. Mereka akan didorong menjadi supporting group untuk warga yang mengalami penggusuran tahap pertama dan yang sementara berjalan proses hukumnya penggusuran warga tahap kedua. Banyak warga jatuh sakit akibat tekanan yang terjadi selama tahap penggusuran. Salah satu sekolah dasar di wilayah tersebut bahkan sempat diliburkan karena murid-murid maupun orangtua murid setiap malam harus begadang karena mesti waspada menjagai Kodam yang akan menggusur secara tiba-tiba. Para orangtua murid ini takut jika ada chaos mereka tidak bisa menjemput anak-anak mereka di sekolah. Pagi hari anak-anak mengantuk di kelas dan tidak bisa konsentrasi belajar.

Indikator Sukses

Proyek ini mengedepankan proses ketimbang hasil akhir sebab dalam proses ini diharapkan tim kerja proyek dapat mengamati, mempelajari, berdialog, mengkurasi serta mengkaji bagaimana proses warga menginisiasi sebuah supporting group dalam komunitas hingga mampu mandiri. Dengan proyek ini diharapkan warga dan tim kerja sama-sama berada pada posisi penerima manfaat, sama-sama belajar. Warga perempuan memiliki akses untuk menyuarakan aspirasinya sebagai warga yang akan tergusur. Warga yang belum tergusur dapat menjadi supporting group bagi warga yang telah tergusur. Warga yang berdaya secara social dan ekonomi dengan pemberian penguatan kapasitas seperti skill craft. Keterampilan yang diajarkan dalam workshop sendiri diharapkan agar dapat menjadi terapi dalam mengurai stress perempuan dan anak. Pengunjung pameran diharapkan pulang dengan membawa pengetahuan mengenai sejarah lokasi wilayah Bara-Baraya dan memahami data-data yang disajikan oleh tim peneliti saat pameran berlangsung. Membangun empati antara sesama warga maupun pengunjung pameran.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.96.777000 Juta

Durasi Proyek

7 bulan