214 - Bakureh Project

Nama Inisiator

Delva Rahman

Bidang Seni

penelitian

Pengalaman

3 tahun

Contoh Karya

CV Delva Rahman.pdf

Kategori Proyek

riset_kajian_kuratorial

Deskripsi Proyek

Proyek ini merupakan riset dan penelitian terkait isu media dan perempuan pada tradisi Bakureh di Solok, melalui kolaborasi seni lintas disiplin dan pameran multimedia. Proyek ini melibatkan 7 orang kolaborator/partisipan perempuan generasi kini, serta ibu-ibu yang aktif dalam tradisi bakureh, selaku narasumber. Partisipan merupakan individu dari beragam disiplin dan latar belakang pendidikan, dan memiliki keteratikan pada isu-isu terkait media, perempuan, serta kebudayaan lokal. Proyek ini terdiri dari tiga tahapan kegiatan, pertama: Lokakarya, terdiri dari rangkaian kuliah umum, dan pelatihan media, selama 10 hari. Diikuti oleh 7 orang partisipan, dan menghadirkan 5 narasumber. Lokakarya menfokuskan pembahasan terkait: literiasi media (sejarah dan perkembangan media), tradisi bakureh dalam konteks kekinian (keterkaitan tradisi bakureh dan perkembangan terkininya), pelatihan media (menulis, video, dan performance), serta pembahasan rencana pengembangan proyek. Tahapan kedua, partisipan melakukan riset lapangan, serta bertemu dengan pelaku tradisi bakureh. Perkembangan riset dipresentasikan setiap minggunya dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD), sebanyak 10 kali dalam 3 bulan. Presentasi ini juga bertujuan menemukan benang merah kuratorial, sebagai isu sentral dalam produksi. Ketiga, meliputi produksi karya teks, visual, audio-visual, dan performance, yang nanti akan dipresentasikan dalam bentuk pameran multimedia. Selain itu, proyek ini juga merangkum proses dan bingkaian isu dalam bentuk buku.

Latar Belakang Proyek

Bakureh adalah salah satu tradisi gotong royong di Solok, negeri yang termasuk dalam wilayah budaya Minangkabau dengan sistem kekerabatan matrilineal. Bakureh dalam Bahasa Indonesia memiliki defenisi yang tidak jauh berbeda dengan ‘arisan masak’ oleh ibu-ibu dalam satu kampung. Ia hadir dalam konteks pesta nagari (kampung), seperti pernikahan, pengangkatan pimpinan adat di tingkat nagari, upacara kematian, perayaan panen, dan lainnya. Tradisi ini memungkinkan terjadinya pertemuan sejumlah perempuan mewakili keluarga untuk memasak bersama. Proses ini melanggengkan sejumlah adab yang sudah tertata menjadi tradisi, mulai dari cara ia dikabarkan, pilihan menu berdasarkan kegiatan, dan pendidikan kuliner. Dalam pesta adat jamuan makan menjadi salah satu wibawa, dalam upacara kematian orang-orang di Koto Baru akan memasak lamang, ketika hendak meminang di Padang Sibusuk orang membuat nasi lamak, dan beragam adab spesifik lainnya, yang juga diperkaya dengan pemahaman filosofis. Dalam konteks tertentu Bakureh juga bisa kita lihat sebagai kekuatan sosial. Pada tradisi ini pertemuan juga tidak hanya memungkinkan perkenalan, tetapi juga pesebaran informasi, yang tidak jarang bersifat gosip/hoax. Di beberapa momen ia didiskusikan dan tidak menimbulkan dampak buruk dalam keseharian. Menarik mengangkat persoalan ini menyadari situasi bermedia di Solok yang ramai dan sensitif.

Masalah yang Diangkat

Sejumlah perempuan digenerasi saya, di Solok, tidak mendapat pendidikan banyak soal tradisi ini, baik itu dari sekolah maupun dari rumah. Hal ini tentu berkaitan dengan perkembangan situasi sosial di Kota Solok. Perkembangan ini di antaranya mengantarkan kita pada situasi yang ingin serba cepat/instan dan cendrung individual. Proyek ini secara khusus membaca dan mengembangkan posisi bakureh sebagai kekuatan sosial dan media kreatif lokal dengan tetap sadar akan sejarah, tradisi, dan perkembangan kontemporernya. Dalam hal ini, saya juga tidak ingin mengamini tradisi yang dilabelkan perempuan sebagai rujukan utama standar moral dalam konteks lokal, dan tidak pula berarti menentang tradisi sebagai penolakan terhadap konstruksi adat atas perempuan -- yang belakangan hal ini menjadi seksi dikalangan pegiat seni perempuan. Penelitian ini diniatkan sebagai sikap kritis terhadap persoalan manusia sebagai bagian dari lingkungan sosial.

Indikator Sukses

1) terdapatnya minimal 20 video dan 350 foto yang mencitrakan aktivitas terkait tradisi bakureh. Arsip-arsip ini nantinya akan didistribusikan secara gratis untuk kepentingan pendidikan; 2) terdapatnya minimal 7 karya tulis yang membingkai isu terkait media, tradisi, dan perempuan dengan Bakureh sebagai objek pemancingnya; 3) terdapatnya sepuluh rangkaian FGD yang membicarakan persoalan perempuan, media, dan tradisi; 4) terdapatnya pameran multimedia sebagai ruang apresiasi dan dialog publik merespon isu bermedia dan perempuan melalui tradisi bakureh, dengan tetap sadar akan sejarah dan perkembangan terkininya. 5) Terdokumentasikannya pengetahuan terkait proses penelitian dan bingkaian isu media, perempuan, dan tradisi lokal dalam bentuk buku.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.282 Juta

Durasi Proyek

4 bulan