250 - Teater Masuk Kampung (Terapung)

Nama Inisiator

Siti Hajar

Bidang Seni

seni_pertunjukan

Pengalaman

1 Tahun

Contoh Karya

fetor.jpg

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

Saya akan berkolaborasi dengan Komunitas Sastra Pondok Aspira (KSPA) Universitas Muhammadiyah Kupang untuk melakukan proses kreatif berupa pementasan teater ke kampung-kampung di pelosok Kabupaten Timor Tengah Selatan. Proses latihan akan dilaksanakan selama kurang lebih 3 bulan (Juni-Agustus), sedangkan pementasan teater masuk kampung (Terapung) akan dilaksanakan akhir bulan Agustus sampai dengan awal bulan September. Lakon yang akan dipentaskan adalah karya saya dengan judul “Mama (jangan) Pergi.” Cerita dalam lakon ini tentang seorang anak perempuan yang ditinggal ibunya mengadu nasib di Malasyia sebagai seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW). Lakon ini berdurasi 1 jam yang akan saya sutradarai sendiri dengan melibatkan 15 orang pemain, 4 orang untuk tata panggung, tata cahaya dan musik, 2 orang fotografer. Selain bekolaborasi dengan KSPA untuk pementasan, saya juga akan berkolaborasi dengan kaum ibu masyarakat desa Falas Kecamatan Kie untuk memainkan alat musik tradisional Sene atau gong dan menari. Teater Masuk Kampung (Terapung) akan dipentaskan di wilayah kecamatan Kie Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan jumlah desa sebanyak 13 Desa. Desa yang akan dijadikan lokasi pementasan hanya 5 Desa yakni Desa Pili, Falas, Oenai, Napi, dan Fatuulan. Pelaksanaan Teater Masuk Kampung (terapung) akan merangkul semua kalangan baik masyarakat maupun aparatur desa.

Latar Belakang Proyek

Teater merupakan seni pertunjukan yang dapat dijadikan sebagai media pendidikan dan terapi sosial. Melalui teater penonton (masyarakat) dapat menerima gagasan amanat yang ingin disampaikan penulis naskah melalui permainan peran, musik, kostum, cahaya, dan unsur-unsur pendukung lainnya. Selama ini teater tergolong hiburan elite karena dipentaskan dalam gedung-gedung pertunjukan di kota dan hanya ditonton orang-orang tertentu. Seniman harus mampu memasyarakatkan seni teater sebagai terobosan baru dalam penyampaian informasi sampai ke desa-desa. Lakon “Mama (jangan) Pergi” lahir atas keprihatinan saya terhadap maraknya kasus perdangan orang (human trafficking) yang terus menigkat di Nusa Tengga Timur (NTT), bahkan menduduki peringkat pertama di Tanah Air. Korban human trafficking di NTT didominasi masyarakat Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Perempuan dan anak merupakan sasaran empuk oknum perdagangan orang. Proses pendidikan mansyarakat TTS akan bahaya human trafficking harus terus dilakukan baik berupa sosialisasi, iklan layanan masyarakat melalui radio, pendekatan persuasif, dan lain-lain. Salah satu upaya pilihan yang dapat dilakukan adalah melalui pementasan teater di kampung-kampung. Selain sebagai hiburan teater menjadi media penyampaian pesan moral dan pendidikan yang langsung sampai kepada masyarakat.

Masalah yang Diangkat

Masalah yang saya angkat adalah mengenai perdangan orang atau human trafficking. Human trafficking yang terjadi di Timor Tengah Selatan merupakan persoalan bersama. Kemiskinan, minimnya pengetahuan dan keterampilan merupakan beberapa faktor penyebab meningkatnya kasus human trafficking. Pemerintah, LSM, Komunitas, dan semua elemen harus bahu membahu mencari solusi atas masalah ini. Sebagai penggiat seni saya ingin berjuang memberikan edukasi kepada masyarakat dengan cara melakukan pementasan Teater Masuk Kampung (Terapung). Lakon yang akan dipentaskan memuat nilai edukasi dan pesan moril yang langsung disampaikan aktor berupa dialog di atas panggung.

Indikator Sukses

Ukuran keberhasilan proyek ini dapat diukur dari empat poin, pertama jumlah masyarakat yang hadir untuk menyaksikan pementasan Teater Masuk Kampung (Terapung), Kaikutsertaan kaum ibu dalam memainkan alat musik ‘Sene atau Gong, dan ketiga wawancara beberapa perempuan yang menyaksikan pementasan Teater Masuk Kampung (Terapung) dan publikasi media sosial.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.30 Juta

Durasi Proyek

3 bulan