264 - Potret Perempuan dan Pengelolaan SDA Pesisir dan Kepulauan

Nama Inisiator

Hasmah Nento

Bidang Seni

lainnya

Pengalaman

baru memulai

Contoh Karya

Menganyam Saloi dari Bambu.jpg

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

Proyek ini berupa sebuah pameran yang akan menampilkan potret kehidupan perempuan-perempuan di pesisir dan pulau kecil di Maluku Utara terutama di daerah yang terkena dampak perusahan tambang dan perkebunan sawit. Bagaimana potret perlawanan perempuan terhadap para perusak lingkungan dan yang merampas hak wilayah kelola mereka terhadap tanah dan hutan. Bagaimana bentuk-bentuk usaha para perempuan mengelola alam dan hutannya secara arif dan bijaksana. Proyek ini akan dilakukan melalui kerjasama dengan beberapa periset dan fotografer lokal Maluku Utara yang memiliki prespektif feminis dan ekologis. Langkah awal akan dilakukan sosialisasi selama satu bulan untuk menjaring para peneliti muda perempuan Malut dan fotografer (tanpa melihat jenis kelamin), diskusi proyek, kesepakatan, pembagian wilayah riset, turun lapangan, dan pameran karya. Dokumentasi foto yang dihasilkan oleh para fotografer akan ditampilkan bersamaan dengan narasi dari masing-masing riset yang berkaitan dengan foto tersebut. Riset dan dokumentasi tersebut juga akan ditampilkan ke dalam sebuah buletin dan website perempuan kepulauan yang akan terus-menerus dikembangkan pasca proyek.

Latar Belakang Proyek

Berawal dari melihat realita kondisi perempuan Maluku Utara. Perempuan yang menjadi korban konflik sosial berbentuk Sara, kemudian menjadi korban masuknya ekspansi pertambangan dan perkebunan sawit, belum lagi perempuan menjadi korban sosial budaya dimana masih melekatnya budaya patriarki di Maluku Utara yang memandang tubuh perempuan sebagai objek. Semenjak 7 tahun saya aktif di LSM WALHI Eksekutif Daerah Maluku Utara yang melakukan advokasi dan pengorganisasian rakyat yang melawan koporasi asing, saya melihat bagaimana peran perempuan dalam menjaga alam tempat mereka tinggal dan bagaimana cara mereka mengelola SDA tanpa merusak. Peran seperti ini belum dilihat sebagai hal yang penting oleh masyarakat, padahal ketika tanah, kebun dan wilayah kelola rakyat dirampas maka yang berdiri paling depan mempertaruhkan nyawa melawan perusak lingkungan itu adalah perempuan. Bentuk-bentuk pengelolaan SDA, proses pembuatan karya seni perempuan yang terbuat dari alam dan bentuk-bentuk perlawanan dalam menjaga alamnya itu yang harus didokumentasikan dan dipamerkan kepada masyarakat luas yang saat ini lebih dininabobokan dengan modernisasi dan terkadang tidak lagi peduli terhadap tradisi sosial, budaya, lingkungan dan kondisi disekitarnya.

Masalah yang Diangkat

Perampasan ruang hidup dan ruang kelola Perempuan terhadap Alam dan lingkungannya. Maluku Utara adalah propinsi kecil di Indonesia yang merupakan wilayah kepulauan yang memiliki banyak pulau-pulau kecil. Data WALHI Malut tercatat ada 313 izin pertambangan yang sebagian besar berada di pulau-pulau kecil, 18 perusahaan IUPHHK dan 4 investasi perkebunan sektor monokultur sawit. Kehadiran ekspansi perusahaan-perusahaan tersebut melahirkan perlawanan dari masyarakat tempatan termasuk perempuan yang berdiri digaris paling depan. Saya dan teman-teman berencana mengkampanyekan bentuk-bentuk peran dan bentuk pengelolaan SDA serta hasil-hasil karya perempuan yang dibuat oleh para perempuan di daerah lingkaran konsesi yang itu dilakukan berdasarkan kearifan lokal tanpa merusak. Sistem pengetahuan tempatan tentang pesisir, hutan, penggunaan lahan, sebagai sistem ekologi sosial dan budaya yang bersifat kearifan lokal itu yang harus didukung, didokumentasikan dan dikampanyekan sebagai antitesis terhadap model pengelolaan SDA yang merusak.

Indikator Sukses

(1). Ada karya berupa fotografi dan riset yang ditampilkan dalam sebuah Pameran yang dilakukan terpusat di Ibukota Propinsi Maluku Utara yang bertepatan dengan peringatan Hari Ibu tanggal 22 Desember 2017. (2). Adanya dukungan dari masyarakat luas terhadap bentuk-bentuk pengelolaan SDA berbasis kearifan lokal yang dilakukan oleh perempuan di pesisir dan pulau-pulau kecil.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.350 Juta

Durasi Proyek

9 bulan