342 - PENTAS KELILING KARYA TARI GANDRA PITALOKA

Nama Inisiator

Ela Mutiara Jaya

Bidang Seni

seni_pertunjukan

Pengalaman

5 tahun

Contoh Karya

DSCF6885.JPG

Kategori Proyek

perjalanan

Deskripsi Proyek

Apa yang dilihat belum tentu itu wujudnya, apa yang didengar belum tentu itu bunyinya, apa yang dirasakan belum tentu itu kejadian yang sebenarnya. Proyek yang akan dilakukan adalah pementasan karya tari Gandra Pitaloka ke daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Karya yang akan dipentaskan keliling ini merupakan sebuah langkah untuk kembali mengingat dinamika cerita sejarah Nuswantara, dalam hal ini sejarah mengenai konflik antara kerajaan Majapahit dan Pakuan pada saat Perang Bubat. Permasalahan tersebut yang menjadi landasan dilakukannya proyek ini, hal-hal yang sudah tertanam di benak masyarakat terutama di area Jawa Timur dan Jawa Barat tidak sepenuhnya benar. Karya tari ini merupakan hasil interpretasi yang bijak dari terjadinya peristiwa perang Bubat. Selain pementasan karya tari, perlu juga dilakukan sarasehan atau semacam diskusi ringan setelah pementasan digelar. tindakan ini dilakukan untuk memaksimalkan penyampaian wacana yang ingin diberikan kepada penonton. Ruang diskusi ini juga dapat menjadi ruang silaturahmi antara kami (seniman) dan para penikmat seni. Pementasan keliling ini dilaksanakan dalam rentan waktu 1 bulan sebanyak 3 kota. Setiap pementasan di satu kota melalui proses sebagai berikut: 1. 2 hari persiapan 2. 1 hari gladi bersih 3. 1 hari pementasan dan diskusi

Latar Belakang Proyek

Karya tari berjudul GandraPitaloka terinspirasi dari kisah kasih tak sampai antara Dyah Pitaloka yang merupakan putri dari Kerajaan Pakuan dengan Prabu Hayam Wuruk yang merupakan raja dari kerajaan Majapahit. Salah satu peristiwa terpenting yang belum banyak diketahui publik adalah penyebab gagalnya pernikahan yang akan dilangsungkan oleh dua kerajaan tersebut. Dalam kisah tragedi yang terjadi, gagalnya pernikahan ini diakibatkan oleh adanya salah satu pihak yang tidak ingin melihat dua kerajaan tersebut bersatu, sehingga ketika proses pertemuan dua kerajaan ini berlangsung terjadilah manufer penyerangan dari salah satu pihak akibat adanya hasutan yang menyebabkan terjadinya perang besar. Perang inilah yang sekarang kita kenal dengan istilah Perang Bubat. Kematian dan pertumpahan darah membuat Dyah Pitaloka memutuskan mokhsa sebagai wujud untuk menghargai kerajaan, atas terbunuhnya Prabu Mundingwangi yang merupakan ayah dari Dyah Pitaloka dan sebagai wujud kesetiaannya kepada Prabu Hayam Wuruk. Proyek ini bertujuan untuk membuka cakrawala dunia sejarah Nuswantara melalui sosok Dyah Pitaloka dalam bentuk seni pertunjukan.

Masalah yang Diangkat

Permasalahan yang diangkat dalam proyek ini berkaitan dengan kesalahpahaman antara kerajaan Pakuan dan kerajaan Majapahit dalam perang Bubat. Hal tersebut memunculkan persepsi saling menyalahkan antar kedua belah pihak. Persepsi inilah yang tertanam hingga generasi saat ini. Contoh kecilnya, di daerah Jawa Barat (masyarakat Sunda) dilarang menggunakan nama yang berhubungan dengan kerajaan Majapahit dalam hal apapun. Sementara di Jawa (budaya Jawa) melarang kaum perempuannya menikah dengan laki-laki keturunan Sunda karena dianggap “mengawini ibu sendiri”. Sebenarnya konflik perang Bubat dipicu oleh pihak dari luar kerajaan Pakuan maupun Majapahit. Masalah tersebut sudah selesai pada saat Dyah Pitaloka memilih jalan mokhsa untuk menghormati Ayah dan Negaranya. Sedangkan prabu Hayam Wuruk sudah mengklarifikasi masalah yang terjadi kepada pihak Pakuan dengan mengangkat adik bungsu Dyah Pitaloka yaitu Jatmica Soca Buana dengan gelar Niskala Wastu Kencana sebagai penerus kerajaan Pakuan. Melalui karya ini diharapkan dapat memberi wacana tentang kesalahpahaman yang terjadi.

Indikator Sukses

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kenyataan sejarah saat ini masih banyak menjadi perbincangan masyarakat. Rancangan yang digagas, diharapkan menjadi udara segar dalam khasanah sejarah Indonesia, menjadi landasan untuk kembali mengungkap hal-hal yang belum banyak diketahui kebenarannya. Proyek ini dianggap berhasil apabila wacana dan edukasi yang ditawarkan melalui karya tari ini dapat diterima, minimal oleh beberapa penggiat seni di Jawa Timur (Surabaya), Jawa Tengah (Surakarta), Jawa Barat (Purwakarta).

Dana yang Dibutuhkan

Rp.146 Juta

Durasi Proyek

1 bulan