345 - Kearifan Lokal Dalam Medium Film

Nama Inisiator

Nur Chici Paramita

Bidang Seni

audiovisual

Pengalaman

3 tahun Film/Audiovisual, 1 tahun Penelitian

Contoh Karya

"Elizabeth".jpg

Kategori Proyek

perjalanan

Deskripsi Proyek

Sebuah perjalanan dengan maksud mengkaji/menganalisis sebuah karya Film yang telah diangkat ke layar lebar berjudul “Athirah”. Film yang tidak mendapatkan banyak layar di bioskop ini mampu mengemas cinta dan budaya menjadi sajian yang menarik untuk ditonton. Budaya Sulawesi Selatan yang ditampilkan berhasil membentuk kecintaan tersendiri bagi saya seorang perempuan keturunan Bugis, namun tidak bersentuhan langsung dengan kebudayaan tersebut karena lahir di tanah rantauan. Selain ingin mematahkan pandangan negatif mengenai karakter wanita bersuku Bugis, dalam perjalanan ini juga akan mendokumentasikan wawancara dengan para perempuan pengrajin kain tenun sutera, bagaimana dampak penjualan setelah sarung khas Sulawesi ini diangkat dalam medium film, serta bagaimana sebuah karya film dapat merepresentasikan kebudayaan dari sebuah daerah tertentu, sehingga para sineas muda dapat terinspirasi dan berupaya mengangkat kearifan lokal budayanya kedalam medium film, diharapkan juga ranah kajian film semakin diminati sehingga nantinya kualitas dari film-film baru akan meningkat. (dalam contoh karya, saya mengupload cover film dokumenter yang kami produksi di tahun 2017 mengenai seorang sastrawan wanita berkebangsaan Prancis "Elizabeth D.Inandiak" yang mencintai Indonesia, ia berhasil mengemas sastra Jawa "Serat Centhini" untuk lebih mudah dipahami).

Latar Belakang Proyek

Sebagai salah satu karya seni, Film menjadi fenomena dalam kehidupan modern, film juga dikenal sebagai seni mutakhir yang menghibur, mendidik,melibatkan perasaan, merangsang pemikiran, dan memberikan dorongan terhadap penontonnya. Saat ini film tidak hanya menjadi sebuah karya yang di proyeksikan melainkan dapat dikaji secara mendalam. Pengaruh besar film kepada khalayak akan menjadi landas tumpu dalam melakukan kajian terhadap film, dalam hal ini memilih film “Athirah” karya sutradara Riri Riza sebagai objeknya. Film Athirah menceritakan tentang keindahan hati seorang perempuan serta peran besarnya di dalam keluarga, berlatarbelakang kebudayaan Sulawesi Selatan yang kental sekali akan nuansa suku Bugis. Karakter seorang wanita Bugis juga Ibu yang kuat tergambar didalam film ini. Apabila ditanya mengenai karakter wanita Bugis banyak orang menjawab wanita Bugis ialah seorang yang kasar,keras,serta pemarah. Falsafah kebanyakan orang mengenai wanita Bugis menjadi bentuk keresahan pribadi yang ingin dipatahkan melalui kajian film ini. Peran kain tenun sutera khas daerah Sulawesi juga menjadi bagian penting dalam film, pesona indah kain tersebut ditampilkan di setiap scenenya. Berbeda dengan batik yang sudah populer penggunaannya di setiap acara besar, kain tenun khas Sulawesi masih belum diterima layaknya batik di kalangan masyarakat. Diharapkan kajian ini dapat menjadi alternatif meningkatkan popularitas kain tenun sutera khas Sulawesi.

Masalah yang Diangkat

1) Besarnya pengaruh film dalam kehidupan saat ini membawa pada kenyataan apa yang dilihat itu yang ditiru, artinya semakin baik sesuatu yang ditampilkan akan baik pula hal yang ditimbulkan. Akhir-akhir ini banyak bermunculan film dengan mengangkat tema romansa, komedi ataupun horor yang semuanya menyajikan hiburan semata. Kebanyakan hanya mengutamakan cerita sehingga menomersekiankan kualitas. Miris sebenarnya dengan mindset masyarakat Indonesia khususnya penonton bioskop untuk menganaktirikan film bertema kedaerahan. Akhirnya kualitas dikalahkan oleh popularitas bintang bermodalkan paras elok dan rupawan. Dalam perjalanan ini akan mengangkat masalah mengenai minimnya kesadaran para sineas akan potensi mengangkat tema kearifan lokal kedalam medium film, serta membuka pandangan baru untuk penonton bioskop agar tertarik menonton film bertemakan kedaerahan/budaya. 2) Kurangnya minat penggunaan kain sutera khas Sulawesi sebagai sandang dalam acara formal. Sebagai upaya pengenalan kain sutera Sulawesi yang dapat dijadikan pilihan selain batik. 3) Membedah karakter wanita bersuku Bugis, sehingga falsafah kebanyakan orang mengenai karakter negatif wanita Bugis dapat berubah.

Indikator Sukses

1) Terlaksananya diskusi dalam seminar terbuka dengan peserta yang tertarik pada tema kearifan lokal budaya Indonesia untuk diangkat kedalam medium film. 2) Terlaksananya bedah film “Athirah” bersama film maker. (diusahakan untuk menjalin kerjasama) 3) Tersusunnya beberapa judul Artikel mengenai perjalanan dalam melakukan kajian terhadap film tersebut.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.26 Juta

Durasi Proyek

8 bulan