392 - Menemukan Na Willa

Nama Inisiator

Reda Linda Gaudiamo

Bidang Seni

sastra

Pengalaman

Menulis untuk media maupun dunia iklan sejak 1986 -- 32 tahun. Selain itu saya juga bergiat dalam bidang musik (musikalisasi puisi)

Contoh Karya

Sampul Na Willa 2.jpg

Kategori Proyek

perjalanan

Deskripsi Proyek

Menemukan Na Willa: Sebuah Perjalanan Menemukan Jati Diri Perjalanan sekaligus riset/kajian yang mencatat dan mendokumentasikan sebuah upaya penemuan jati diri dari seorang perempuan keturunan Sabu di usia 55 tahun. Perjalanan ini akan mencatat perjalanan hidup ibunya, keluarga besarnya, rumah keluarga, adat istiadat, dan bagaimana kehidupan perempuan Sabu hari ini dan kemarin. Termasuk di dalamnya - Bagaimana nama seorang anak perempuan dirangkai, dan ditemukan nama kesayangannya. Aturan/sistem yang selama ini hanya diketahui dari mulut ke mulut, tidak tercatat dengan baik. - Mengenal motif kain keluarga-keluarga besar di Sabu. Keluarga ibu saya –Ratoekoreh- punya motif kain sendiri yang tidak boleh digunakan oleh keluarga lain ketika acara adat berlangsung. - Bagaimana upacara mengikat hari-hari anak perempuan, sejak ia dilahiorkan, dibesarkan, masuk dalam usia dewasa, menikah, dan kemudian kembali kepada keluarga asalnya. - Mencatat, merekam pemakaian bahasa Sabu sebagai upaya menjaga bahasa daerah tetap hidup. Semua akan tercatat, dipublikasikan dalam bentuk buku dan film pendek, untuk menjadi bahan informasi bagi siapa pun. Khususnya perempuan Indonesia.

Latar Belakang Proyek

Ketika menulis buku ketiga, Na Willa, secara sadar saya menggunakan nama kesayangan ibu saya sebagai nama tokoh utamanya: seorang anak kecil yang lahir dari ibu perempuan Sabu dan ayah Cina. Na Willa dipakai, karena saya dan Ibu punya nama yang sama. Reda. Jadi, menurut pemahaman saya, semua nama Reda akan punya nama kesayangan Na Willa. Ternyata, tidak begitu aturan mainnya. Lama setelah buku ini muncul, saya berkunjung ke Sumba, tempat paman dan bibi saya tinggal, barulah saya tahu, bahwa meski bernama sama, nama kesayangan untuk saya bukan Na Willa. Ada aturan main dalam memberi nama kesayangan buat anak perempuan Sabu! Mungkin ketidak-tahuan saya soal Sabu karena ayah dan ibu menjaga harmoni di rumah. Tidak ada yang menonjol, tidak ada yang dominan. Sehingga Ibu menahan diri untuk bicara bahasa Sabu di rumah, Ayah tidak pernah mengajarkan bahasa Cina pada saya. Kini kebutuhan untuk tahu lebih banyak tentang “rumah” ibu di Sabu semakin mendesak. Bukan karena jilid 3 Na Willa sedang disusun, tetapi karena saya ingin anak perempuan saya mengenal baik dan bangga akan darah yang mengalir dalam dirinya. Sebelum melanglang jauh ke negeri orang, ia perlu tahu dirinya dengan utuh. Dan perjalanan serta riset ini pun diperlukan.

Masalah yang Diangkat

Keindahan, kekhasan, keistimewaan budaya negeri yang tak tercatat. Banyak kekhasan, keunikan dari adat-istiadat, budaya berbagai suku di Indonesia, dibiarkan hilang satu-satu, karena tidak tercatat/terdokumentasi dengan baik. Salah satunya adalah Sabu. Di luar motif tenun ikatnya yang khas, tidak banyak yang diketahui dari pulau kecil di selatan Indonesia ini. Tidak banyak yang tahu bahwa adat Sabu memuliakan perempuan. Mulai dari hal-hal yang dekat di hati, seperti memberi nama kesayangan pada anak perempuan, hingga bagaimana keluarga akan menjaga masa depannya ketika keluarga suami tidak memperlakukannya dengan baik. Juga bagaimana motif kain yang dikenakan perempuan Sabu dari keluarga tertentu menjadi tanda pengenal seluruh clan-nya. Semua ini dibiarkan berjalan begitu saja, diterangkan dari mulut ke mulut, tidak tercatat. Tidak tertulis. Saat ini, sudah mulai banyak yang tak lagi mengenal hal-hal di atas. Sungguh satu kehilangan bila semua ini dibiarkan tidak tercatat. Terlupa begitu saja. Belum lagi bila kita bicara bahasa Sabu yang sudah semakin sedikit digunakan. Bahkan tidak mustahil bisa terlupakan nantinya. Proyek ini akan menjadi proyek pencatatan hidup perempuan Sabu di tanah lahirnya. Didokumentasikan secara tertulis dan visual untuk menjadi pengetahuan publik.

Indikator Sukses

Berhasil mencatat dan mendokumentasikan perjalanan dan riset tentang hal-hal yang dituju: - posisi anak perempuan di Sabu dan segala atribut serta adat yang mengikutinya - bagaimana bahasa Sabu digunakan saat ini - lebih mendalam tentang motif tenun ikat Sabu Semua disampaikan lewat laporan yang ditulis dalam blog, diterbitkan dalam bentuk buku, dan pembuatan film pendek yang bisa diakses oleh publik, ditujukan terutama bagi perempuan Indonesia sebagai bahan informasi dan inspirasi.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.99 Juta

Durasi Proyek

3 bulan