430 - Revitalisasi Seni Tari Bedeti pada Suku Anak Dalam

Nama Inisiator

Elvi Zadiana

Bidang Seni

lainnya

Pengalaman

8 tahun

Contoh Karya

Screenshot_2018-03-07-15-41-28-691_com.android.chrome[1].png

Kategori Proyek

akses

Deskripsi Proyek

Menggiatkan seni tari bedeti yang saat ini keberadaaanya nyaris punah pada perempuan rimba/ Suku Anak Dalam (SAD), yakni dengan memberikan pelatihan tari secara rutin kepada generasi muda SAD dan melakukan pementasan di tingkat Provinsi Jambi agar tarian ini dikenal baik oleh masyarakat Jambi sendiri maupun masyarakat nasional hingga internasional. Melakukan penyebarluasan informasi terkait seni tari bedeti ke berbagai media sosial. Melakukan kerja sama dan kesepakatan dengan berbagai pihak untuk mengusulkan tari tersebut menjadi bagian dalam pembelajaran muatan lokal setempat. Segala hal-hal penting selama kegiatan akan diliput secara khusus di majalah online perempan puan.co.

Latar Belakang Proyek

SAD salah satu suku minoritas yang ada di Provinsi Jambi, yang biasanya tingal di dalam rimba/ hutan. Namun semakin lama, hutan semakin habis sehingga beberapa SAD harus terusir dari rimba dan menetap di pemukiman (buatan pemerintah) laiknya manusia modern. Keterpaksaan kondisi yang ada membuat beberapa budaya orang rimba/ SAD yang dahulu ada, sekarang nyaris punah. Tari bedeti, misalnya. Tarian yang awalnya diperuntukkan mengantarkan bayi kali pertama mandi ke sungai atau biasa disebut turun mandi. Tari-tarian ini dianggap mampu menjaga keselamatan dan kesehatan sang bayi. Juga sebagai nasihat agar kelak sang anak menjadi anak berbakti. Sembari menari, ada juga yang berdendang melayu. Kini, tarian ini tidak hanya digunakan untuk turun mandi semata, tetapi juga ke pesta pernikahan SAD/ orang rimba. Proyek ini memiliki dua tujuan yang konkret: 1) memperkuat ketahanan seni tradisi tari bedetih sehingga bisa diwariskan ke generasi berikutnya, 2) setelah adanya pewarisan, maka berikutnya adalah keberlangsungan, yakni tradisi ini diharapkan mampu menjadi laku hidup dan mampu menghidupi masyarakat SAD.

Masalah yang Diangkat

Naas, saat ini yang menguasai Tari Bedeti hanyalah Mak Nur, perempuan delapan puluh tahun yang mencintai adat dan budaya orang rimba/ SAD. Kekhawatiran Mak Nur akan hilangnya kesenian ini bukanlah isapan jempol semata. Sebab seperti kisah terdahulu, satu-satunya orang tua SAD yang menguasai seni pencak silat khas orang rimba sudah meninggal. Padahal, kesenian itu belum sempat diajarkan ke generasi muda. Kini, kesenian pencak silat itu hilang ditelan angin. Oleh sebab itulah, tarian ini perlu diregenerasi agar tidak punah dan menjadi laku hidup yang dicintai masyarakat SAD.

Indikator Sukses

terbangunnya akses revitalisasi seni tradisi tari bedeti perempuan SAD, mendapat dukungan dan apresiasi luas dari berbagai pihak, pendokumentasian tari bedeti agar bisa diapresiasi berbagai pihak di samping menjadi pembelajaran bagi generasi muda SAD agar tidak punah, terjadinya pewarisan dan keberlangsungan kebudayaan tari bedeti sebagai laku hidup SAD.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.700 Juta

Durasi Proyek

9 bulan