441 - Membangkitkan Peran Perempuan dalam Teks Kuno

Nama Inisiator

Ida Ayu Oka Rusmini

Bidang Seni

sastra

Pengalaman

Hampir 20 Tahun di Dunia Literasi

Contoh Karya

oka rusmini - biodata.docx

Kategori Proyek

riset_kajian_kuratorial

Deskripsi Proyek

Proyek ini merupakan riset pustaka dan riset lapangan dengan mengumpulkan, mempelajari dan menafsirkan kembali teks-teks kuno, termasuk naskah-naskah lontar, yang membicarakan dan/atau mengetengahkan perempuan, serta dengan mewawancarai pakar-pakar maupun komunitas-komunitas terkait. Tujuan riset adalah mengonstruksi teks baru dengan pemikiran kekinian terhadap “subjektivitas-ketubuhan” perempuan. Sebuah pembacaan kembali terhadap wacana keperempuanan zaman kuno untuk dikontestasikan ataupun disilangkan dengan semangat zaman kini. Persoalan tubuh merupakan hal penting dalam pembicaraan tentang subjektivitas perempuan. Subjek dalam gagasan humanis liberal mengandaikan individu yang netral gender, tetapi sesungguhnya di balik apa yang tampak sebagai netral gender tersebut tersembunyi subjek laki-laki. Dari sini pemikiran normatif Barat membangun subjektivitas yang menormalkan subjek/tubuh laki-laki, dan menempatkan subjek/tubuh perempuan sebagai penyimpangan. Gagasan ini menjadi sorotan feminis, mengingat pengalaman perempuan seringkali terhubung dengan tubuhnya yang kerap mengalami perubahan (tumbuh payudara, menstruasi, hamil, menyusui, menopause). Tubuh adalah bagian penting dari Diri perempuan. Berfokus pada gagasan “subjektivitas-ketubuhan” perempuan, proyek ini berupaya “membangkitkan” perempuan-perempuan yang lama terkubur membisu, atau terabaikan, atau tersingkirkan, atau terobjekkan, atau terjinakkan, dalam teks-teks kuno. Suatu ikhtiar literer-kultural agar mereka bersuara pada zaman kini, dan menginspirasi manusia kontemporer.

Latar Belakang Proyek

Sebagian besar, kalau tidak semua, teks-teks kuno ditulis oleh laki-laki. Akibatnya, perempuan dalam teks-teks kuno selalu direpresentasikan dari kacamata laki-laki. Dengan representasi yang bias seperti itu, subjektivitas perempuan menjadi sangat teredam atau bahkan dimatikan. Situasi ini mengusik benak saya: Ke mana perempuan ketika teks-teks kuno ditulis? Andai perempuan dalam teks-teks kuno hidup pada zaman kini, bagaimana sosok mereka? Apa kata mereka? Tentang diri mereka sendiri, tentang laki-laki, tentang masyarakat, tentang hidup, tentang dunia, semesta, Tuhan dsb.? Pembacaan awal yang sangat terbatas terhadap teks-teks kuno memunculkan dimensi lain yang baru tentang subjektivitas perempuan dan kian membakar kegelisahan saya. Masalahnya, diperlukan riset yang ekstensif dan intensif untuk dapat membaca kembali teks-teks kuno secara mendalam dan mentransformasi pembacaan itu secara kreatif menjadi teks baru. Dan riset serius seperti itu tentu butuh waktu, tenaga dan biaya yang tidak kecil. Jika ingin suaranya didengar dengan menulis teks, perempuan memerlukan waktu panjang dan pengorbanan yang tidak kecil. Adanya dana riset dari Hibah Perempuan akan memberi saya akses yang lebih besar ke teks-teks kuno yang tersimpan di berbagai perpustakaan, lembaga dan komunitas di Bali, Jawa dan daerah lain. Dukungan finansial yang mencukupi juga akan membuat saya bisa lebih fokus bekerja meneliti dan menulis.

Masalah yang Diangkat

Persoalan tubuh merupakan hal penting dalam pembicaraan tentang subjektivitas perempuan. Subjek dalam gagasan humanis liberal mengandaikan individu yang netral gender, tetapi sesungguhnya di balik apa yang tampak sebagai netral gender tersebut tersembunyi subjek laki-laki. Dari sini pemikiran normatif Barat membangun subjektivitas yang menormalkan subjek/tubuh laki-laki, dan menempatkan subjek/tubuh perempuan sebagai penyimpangan. Gagasan ini menjadi sorotan feminis, mengingat pengalaman perempuan seringkali terhubung dengan tubuhnya yang kerap mengalami perubahan (tumbuh payudara, menstruasi, hamil, menyusui, menopause). Tubuh adalah bagian penting dari Diri perempuan. Para pemikir feminis menunjukkan bahwa tubuh bukanlah semata-mata wadah, dan rahim bukanlah sekadar kontainer bagi manusia baru. Berbeda dengan tubuh laki-laki yang relatif tetap dan terintegrasi, tubuh perempuan dapat dikatakan lebih rumit. Dalam hal kehamilan, misalnya, tubuh perempuan menunjukkan bagaimana konsep subjektivitas yang dipahami dalam wacana humanis Barat/tradisional yang memandang subjek sebagai yang unik, ajeg dan koheren, tidak berlaku pada perempuan. Karena itulah, tubuh merupakan situs perjuangan politik. Tubuh merupakan situs produksi mode baru subjektivitas. Perempuan dalam rencana novel saya ini memersepsi tubuhnya sebagai bagian penting dari subjekvitasnya. Berupaya melawan gagasan subjekvitas dalam pemikiran konvensional/tradisional dengan menyodorkan subjekvitas perempuan yang tidak mengabaikan tubuh, tidak individual, tidak selalu rasional, tidak tunduk pada gagasan “universal” tentang subjek dan tidak selesai.

Indikator Sukses

Lahir teks baru berupa naskah fiksi prosa (novel) yang berbasis pada teks-teks kuno yang diteliti. Novel tersebut diharapkan bisa diterbitkan oleh penerbit mayor, sehingga dapat dibaca oleh khalayak luas

Dana yang Dibutuhkan

Rp.125 Juta

Durasi Proyek

9 bulan