716 - Penerbitan Novel Perjuangan Identitas "KAMBOJA"

Nama Inisiator

HANIFAH ATMI NURMALA

Bidang Seni

sastra

Pengalaman

baru memulai

Contoh Karya

antologi cerpen DK Mojokerto 2010.jpg

Kategori Proyek

riset_kajian_kuratorial

Deskripsi Proyek

Penerbitan Novel bertajuk "KAMBOJA" berkisah tentang perjalanan hidup seorang gadis bernama "MIRA" yang memperjuangkan identitas diri sebagai manusia seutuhnya dihadapan orang tua, masyarakat juga Tuhannya. Kisah ini bermula ketika Mira tanpa sengaja mengetahui bahwa kedua orang yang selama ini dianggap sebagai orang tua kandungnya sebenarnya adalah kakek dan neneknya. Ibu kandung yang melahirkannya raib entah kemana, sedangkan kakak laki-laki yang selalu bersikap dingin kepadanya ternyata adalah bapaknya. Mira semakin hancur ketika mengetahui bahwa "MIRA"; nama yang sangat dibanggakannya adalah nama pemberian bapak kandungnya yang memiliki akronim "Milik Rame-rame". Situasi ini akhirnya mengantarkan dia "minggat" ke kota Yogyakarta untuk mencari ibu kandungnya. Di Yogyakarta, tidak ada jejak apapun tentang ibunya. Hingga Mira pun memutuskan untuk bergabung dengan komunitas anak jalanan. Di komunitas jalanan itulah Mira memahami konsep "nama", "rumah", "bojo", "seks","cinta", "orang tua", "budaya tatasan" juga relasi masyarakat mainstream dengan komunitas jalanan. Hingga pada akhirnya, Mira membentuk dan mengambil keputusan penting dalam hidupnya. Bukan pilihan menjadi bagian komunitas jalanan atau kembali ke masyarakat mainsteam, namun pilihan untuk menjadi perempuan yang punya kesadaran penuh atas apa yang ia jalani dalam hidup. Bahwa akan ada pertanggungjawaban atas pilihan-pilihan hidupnya dihadapan diri sendiri, sesama manusia juga Tuhan nya.

Latar Belakang Proyek

Gagasan tentang novel "KAMBOJA" ini berasal dari pengalaman penulis sebagai guru agama di SMA Negeri di kota Jombang. Meski tidak bisa dikatakan banyak, namun satu atau dua kasus KTD akibat pergaulan bebas yang muncul tiap tahunnya selalu menyita perhatian penulis. Institusi pendidikan juga masyarakat yang memberi sanksi tegas kepada para siswa ini membuat mereka kehilangan status sebagai siswa (DO). Ada yang menikah dengan pasangannya namun pernikahannya berujung pada perceraian atau kondisi ekonominya memprihatinkan. Ada pula anak hasil KTD dalam akte dan KK berstatus sebagai saudara ibunya sendiri karena pasangannya tidak menikahinya. Adapun tokoh MIRA dalam novel ini, diangkat dari kasus seorang siswa -sebut A_ yang di DO karena menghamili siswi sekolah lain _sebut saja B_, meskipun B sudah hamil 2 bulan sebelum berpacaran dengan A. Setelah DO, A dipaksa menandatangani dokumen bermaterai untuk tidak lagi mendekati B, dan setelah B melahirkan, A harus merawat anak B. Karena marah atas ketidakberdayaan dirinya sebagai orang miskin, dihadapan keluarga B yang kaya; A bersumpah jika anaknya perempuan akan diberi nama MIRA yang berarti Milik Rame-rame. Untuk memperkuat novel ini penulis memadukannya dengan data remaja jalanan di Yogyakarta yang sarat dengan budaya "kebebasan", termasuk memilih nama atau pasangan sebagai identitas diri di jalanan.

Masalah yang Diangkat

Identitas adalah "KONSTRUKSI SOSIAL". Menurut Peter L Berger dan Thomas Luckman bahwa identitas dibentuk oleh proses-proses sosial. Proses sosial yang membentuk dan mempertahankan identitas ditentukan oleh struktur sosial. Identitas yang dihasilkan oleh interaksi antara organisme, kesadaran individu dan struktur sosial bereaksi terhadap struktur sosial yang sudah diberikan, memeliharanya, memodifikasinya atau malahan membentuknya kembali. Layaknya bunga Kamboja yang menjadi salah satu bagian penting dalam ritual keagamaan di Bali, Kamboja pun menjadi tak bernilai saat menjadi tanaman kuburan dan Kamboja kembali memiliki nilai tinggi ketika ia menjadi komoditas dalam industri kosmetik dan parfum. Identitas seorang anak dari KTD dalam struktur masyarakat kita menempati tempat yang sangat rendah. Apalagi jika dia berjenis kelamin perempuan. Novel ini memotret fenomena ini dan berusaha membangkitkan kesadaran bahwa struktur sosial memang membentuk identitas perempuan namun nilai diri seorang perempuan tergantung pada sejauh mana ia memiliki kesadaran penuh dalam membentuk dirinya sendiri. Riset novel ini dilakukan di salah satu SMAN di Jombang, Kota Jombang, Desa Kabuh Kabupaten Jombang juga Alun-alun kidul, alun-alun utara, Parkir Abu Bakar Ali dan Stasiun Lempuyangan DIY sebagai latar dan setting novel. Serta wawancara dengan Divisi Pengorganisasian Remaja Jalanan PKBI DIY tentang data-data terbaru remaja jalanan di DIY.

Indikator Sukses

Penulis adalah guru di salah satu SMAN di kota Jombang, juga aktif di beberapa organisasi masyarakat seperti Fatayat Nahdlatul Ulama dan Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) Jombang, sehingga memungkinkan penyebaran novel terutama pada segmen generasi muda. Latar belakang penulis adalah peneliti dan sejak tahun 2006 penulis bergabung dengan PSS (Pusat Studi Seksualitas) PKBI DIY. Data tentang kondisi remaja di Jombang juga data remaja jalanan perempuan di Yogyakarta sudah terdokumentasikan dengan baik. Namun trianggulasi data riset tetap akan penulis lakukan dengan wawancara dengan teman-teman PKBI DIY sekaligus memperkuat setting kota Yogyakarta yang sudah banyak berubah. Meskipun setelah pulang ke kota Jombang tahun 2009, aktifitas penelitian tidak dominan, dikarenakan aktifitas belajar mengajar di sekolah juga aktifitas sebagai ibu 2 anak, namun penulis tetap konsisten menulis dan meneliti terutama isu-isu pendidikan baik dalam bentuk fiksi maupun artikel. Sayangnya adanya keterbatasan sumberdaya terkadang membuat penulis tidak bisa mempublikasikan secara maksimal tulisan-tulisan tersebut. Dukungan yang besar dari Hibah Cipta Media Kreasi terhadap perempuan, penulis harap mampu memjadi momentum awal bagi penulis untuk kembali terlibat aktif dalam dunia kepenulisan dan melahirkan karya-karya yang mampu menginspirasi generasi muda Indonesia.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.50 Juta

Durasi Proyek

6 bulan