809 - Merawat Jejak Perempuan dalam Perkopian di Tulungagung

Nama Inisiator

IRA PERMATA SARI

Bidang Seni

penelitian

Pengalaman

3 tahun

Contoh Karya

Kategori Proyek

lintasgenerasi

Deskripsi Proyek

1. Aktivitas pertama yang dilakukan berupa riset dengan metode etnografi (mengumpulkan kembali informasi lintas generasi di Kabupaten Tulungagung yang hampir punah) yakni dengan melakukan interview mendalam dan melihat proses langsung pembuatan kopi oleh para perempuan-perempuan generasi tua sebagai pelaku sejarah pembuat kopi tradisional rumahan. Dari aktivitas ini output yang dihasilkan adalah narasi tentang peran perempuan generasi tua dalam produksi kopi dan dokumentasi proses produksi kopi dalam bentuk video dokumenter. 2. Aktivitas kedua adalah melacak peran perempuan dalam perkopi-an jaman sekarang di Kabupaten Tulungagung. Output yang dihasilkan adalah narasi perempuan di jaman sekarang dalam perkopian di Tulungagung dari kacamata relasi gender. Untuk mencapai tujuan dari aktivitas ini, akan dilakukan dengan metode observasi, indepht interview, dan studi literatur dan dokumentasi. 3. Aktivitas ketiga adalah membuat “Pemilik Seni Kopi”. Aktivitas dilakukan sebagai sarana mempertemukan perempuan generasi tua dengan generasi muda untuk menyalurkan ilmu tentang pembuatan kopi ala tradisional dan memproduksi kopi bubuk tradisional, dan memamerkan hasil produksi kopi tradisional di wilayah Tulungagung (bentuk kampanye). Dari aktivitas ini, antar dua generasi dapat menghasilkan produk kopi bubuk tradisional untuk dijual sehingga dapat mengurangi jumlah perempuan generasi sekarang sebagai barang komoditas sensual di warung kopi di Kabupaten Tulungagung.

Latar Belakang Proyek

Kabupaten Tulungagung dikenal dengan seribu warung kopi. Namun, ada fenomena yang menggelisahkan saya tentang fenomena warung kopi “pangku” di Kabupaten Tulungagung dimana perempuan dijadikan barang komoditas sensual di warung kopi yakni pemikat konsumen –didominasi laki-laki- untuk mampir menyeruput hangatnya kopi. Fenomena ini membawa saya rindu pada manisnya kenangan ketika masih duduk di bangku SD. Di desa halaman saya tinggal, saya melihat ibu rumah tangga mengolah biji kopi mulai mulai dari proses awal sampai dari menumbuk kopi dengan kekuatan tangan mereka. Dari dua kondisi yang berbeda ini saya berfikir sebenarnya perempuan memiliki peran penting dalam per-kopian, tetapi sekarang kenapa justru sulit ditemukan tangan halus perempuan dalam produksi kopi. Jejak perempuan seakan hilang sejak adanya kebutuhan untuk memenuhi permintaan pasar. Produksi kopi tidak lagi menjadi aktivitas seni perempuan, tetapi telah menjadi aktivitas ekonomi komersial yang menggunakan mesin yang bisa memproduksi kopi secara massal, bahkan ibu-ibu rumah tangga sekarang memilih cara instan untuk mendapatkan kenikmatan kopi. Globalisasi budaya juga memberi andil terkikisnya peran perempuan dalam perkopian. Era sekarang, kopi diseduh oleh seorang barista yang didominasi oleh laki-laki, dan tanpa sadar barista di Indonesia banyak didominasi oleh laki-laki, dan perempuan sebagai pramusajinya -di Tulungagung mereka diubah sebagai barang komoditas-.

Masalah yang Diangkat

Peran perempuan dalam perkopian di Tulungagung sangat menggelisahkan. Para perempuan generasi muda tidak lagi menjadi pelaku seni produksi kopi akan tetapi menjadi barang komoditas sensual di dalam warung kopi sebagai pemikat agar seduhan kopi laris terjual. Padahal perempuan memiliki kemampuan dalam produksi kopi bubuk sebagaimana yang dilakukan oleh perempuan generasi tua.

Indikator Sukses

- Indikator keberhasilan adalah terdokumentasikannya (dalam bentuk jurnal dan video) narasi Jejak Tangan Halus Perempuan Dalam Per-Kopian di Kabupaten Tulungagung. - Terbentuknya “Pemilik Seni Kopi” di Kabupaten Tulungagung. Pemilik Seni Kopi dengan mempertemukan perempuan pelaku sejarah pembuat kopi (perempuan generasi tua) dan perempuan generasi muda. Rencana desain Pemilik Seni Kopi ini akan berisi: kegiatan belajar para perempuan generasi muda dalam memproduksi kopi tradisional, menampilkan dokumentasi fisik alat pembuatan kopi tradisional, narasi sejarah perempuan dalam produksi kopi dan perkembangan posisi perempuan di era ekonomi-komersial. Pemilik Seni Kopi ini sebagai sarana kampanye, dan edukasi bagi perempuan generasi muda di Indonesia tentang memproduksi kopi tradisional, minimal Kabupaten Tulungagung yang terkenal dengan Warung Kopi “Pangku” dimana perempuan ditempatkan sebagai barang komoditas. Pemilik Seni Kopi ini akan melakukan aktivitas komersial, dimana keuntungan dari aktivitas ekonomi di “Pemilik Seni Kopi” ini dapat digunakan oleh perempuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan modal pengembangan diri. Nafas utama rancangan Pemilik Seni Kopi ini adalah mengembalikan secara perlahan peran perempuan dalam produksi kopi, bukan sebagai komoditas pemuas seksual dalam warung kopi di Tulungagung tetapi sebagai pemilik seni kopi.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.110 Juta

Durasi Proyek

8 bulan