811 - POLAR OPPOSITE (Pameran Negasi Norma Gender)

Nama Inisiator

Alifa Kemarani Yahya

Bidang Seni

seni_rupa

Pengalaman

3 Tahun

Contoh Karya

811-PORTOFOLIO-HARDANTEE-DAN-KEMARANI.pdf

Kategori Proyek

riset_kajian_kuratorial

Deskripsi Proyek

“Polar Opposite" adalah pameran senirupa yang sedang dipersiapkan oleh Kemarani dan Hardantee, dua perupa amatir yang masih menyandang status sebagai mahasiswa pendidikan senirupa di Universitas Pendidikan Indonesia. Dalam “Polar Opposite”, kami ingin menghadirkan suatu dunia paralel di mana norma gender laki-laki dan perempuan ditukar. Dalam pameran ini, kami ingin menciptakan keadaan dimana perempuan bertingkah blak-blakan tanpa perlu memikirkan konsekuensi moral, serta di mana laki-laki dijadikan objek oleh sebuah otoritas, dengan tujuan menciptakan sebuah ketidaknyamanan bagi para apresiator karya kami yang sudah terbiasa dengan stereotip gender yang merujuk ke seksisme serta standar-standar ganda menyangkut peran gender yang diciptakan oleh masyarakat. “Art is meant to comfort the disturbed and disturb the comfortable.” Adapun tajuk “Polar Opposite” itu sendiri berangkat dari tema “negasi norma gender” yang kami usung. Kami mempunyai visi meruntuhkan ekspektasi masyarakat tentang norma gender yang berlaku, serta mengkritisi stereotip gender yang selama ini dibangun oleh masyarakat dengan memutarbalikkan keadaan tersebut dan menyajikannya dalam karya-karya senirupa yang segar dan thought-provoking. Kami berkeinginan memperluas pola pikir masyarakat tentang konsep gender, lalu mengajak mereka untuk meninggalkan kepercayaan terhadap stigma-stigma kolot irelevan yang melekat kronis di sekitar kita hingga hari Ini.

Latar Belakang Proyek

Sudut Pandang Kemarani Saya mengangkat subtema “negasi perempuan sebagai objek seksual bagi laki-laki”. Sering saya temukan kasus fetishism terhadap tubuh perempuan yang direduksi sebagai objek. Sejarah senirupa pun mencatat bahwa para perupa lebih memilih untuk melukis wanita telanjang daripada laki-laki. Bahkan, dosen matakuliah ilustrasi saya pernah memprotes saat saya menggambar mermaid laki-laki. “Mermaid itu harus perempuan supaya enak dilihat!” Perupa wanita pun cenderung mengobjektifikasi perempuan lagi dalam karya-karyanya. Bahkan Frida Kahlo tenar karena potret dirinya yang adalah perempuan lagi. Saya ingin memutarbalikkan keadaan. Saya ingin menampilkan karya di mana laki-laki menjadi objek, dengan segala kelemahan dan ketidakberdayaannya. Sudut Pandang Hardantee Masyarakat berekspektasi bahwa perempuan idealnya berbudi pekerti seperti putri keraton yang luhur—tanpa cela dan cacat perilaku. Masyarakat mengkontruksikan konsep gender dan mengidentifikasi sifat feminin dengan kesabaran, kepatuhan, dan sifat-sifat luhur lainnya. Namun, konsep tersebut berkembang menjadi cela menarik untuk dinegasikan—bagaimana jika stereotip tersebut diruntuhkan? Apakah masyarakat akan tetap mengangggap perempuan harus selalu bersifat luhur? Ingin sekali mengkritisi budaya, tapi minim daya karena Dantee hanya manusia malas dengan segudang pertanyaan di kepalanya. Maka, cara yang paling mungkin untuk mewujudkan hal tersebut adalah menyuarakan pemikirannya lewat karya-karya yang menantang konsep perempuan ideal.

Masalah yang Diangkat

Proyek “Polar Opposite” terinspirasi dari berbagai stereotip seksis terhadap wanita yang sering kami temukan di masyarakat, hingga melahirkan tema “negasi norma gender”. Kami mengkritisi ekspektasi masyarakat terhadap bagaimana seharusnya perempuan dan laki-laki bertindak dan diperlakukan. Dalam era post-modern ini sudah banyak miskonsepsi gender yang harus digeser dan kami merasa memiliki tanggung jawab moral untuk jadi salah satu agen perubahan tersebut—sebagai perempuan, generasi muda, dan perupa. Kami juga menyayangkan bahwa perupa wanita di sekitar kami banyak yang tidak menggunakan seluruh potensi kreatifnya, sehingga karya-karya yang dihasilkan kurang bebas dan ‘binal’. Kami ingin para perupa perempuan dapat merayakan kebebasan berekspresinya dan bangkit dari bungkamnya. Kami sadar bahwa tema pameran kami cenderung tabu. Maka, itu menjadi salah satu akar kesulitan dalam mendapatkan bantuan dana. Jarang sponsor berani mendanai proyek yang mengandung gagasan kontroversial seperti “Polar Opposite”. Padahal, kami ingin sekali menyampaikan aspirasi mengenai gender kepada masyarakat melalui seni. Kami ingin membagi perjalanan kami dalam kegiatan artist talk “Polar Opposite”. Kami akan mengajak perupa perempuan yang ada di sekitar kami untuk saling berdiskusi mengenai kekaryaan, konsep gender, dan masalah-masalah kewanitaan, agar ke depannya relasi antarperupa perempuan semakin erat, serta eksistensi perupa perempuan menjadi sejajar kedudukannya dengan perupa laki-laki.

Indikator Sukses

• Terselenggaranya pameran di akhir tahun 2019 dengan biaya yang efisien • Dipamerkannya karya-karya yang memiliki konsistensi kualitas baik dalam segi konsep maupun visual • Menjaring banyak apresiator laki-laki dan perempuan dalam rentang usia 18 tahun ke atas • Terbukanya pikiran apresiator mengenai konsep gender • Terjalinnya relasi antar perupa perempuan yang ada di sekitar kami • Banyak diliput oleh media yang berkaitan dengan kesenirupaan, baik media cetak maupun media online dengan harapan dapat menginspirasi dan memberikan pengaruh bagi masyarakat seni di Indonesia, khusunya para perempuan.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.32 Juta

Durasi Proyek

8 bulan