856 - Libuku Iata Imahinako

Nama Inisiator

Titi Permata Puspawati Hartoko

Bidang Seni

seni_pertunjukan

Pengalaman

12 tahun

Contoh Karya

IMG-20180319-WA0011[1].jpg

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

Proyek Ibuku Iata Imahinako adalah serangkaian program dan kegiatan yang menggabungkan beberapa isu yaitu lingkungan hidup, seni dan budaya di Maluku Utara. Program Perlindungan Lingkungan Hidup yang menjadi fokus pekerjaan saya selama 5 tahun ke depan, saya sedang menjalankan penggalian terhadap prioritas bentang alam mana saja di Maluku Utara yang harus segera dikenai aksi perlindungan. Proses ini sedang saya kerjakan bersama-sama dengan beberapa rekan perempuan setempat sebagai Tim Kerja Utama yang akan mengkoordinasi beberapa tim kerja lagi untuk menjangkau wilayah target. Selama ini berdasarkan pengamatan saya, justru ada sikap berjarak terhadap lingkungan hidup dikembangkan oleh orang-orang yang justru mengenyam pendidikan modern. Tim ini akan menyusun, menuliskan kembali dalam bentuk buku elektronik dan buku cetak, mendistribusikan buku-buku tersebut dan menuturkan beberapa cerita lokal yang berhubungan dengan tradisi perlindungan lingkungan yang selama ini dilupakan. Para perempuan Halmahera, menurut pengamatan saya selama ini, punya tradisi sangat kuat dalam bertutur; berkumpul dan bercerita sambil makan pinang, memasak berbagai hidangan lezat berbahan mentah dari kebun, halaman rumah, hutan, sungai dan laut. Kesemuanya itu akan kami ramu dan sajikan dalam buku, cerita dan dipertunjukkan pada target sasaran program yaitu anak-anak, remaja, pemuda, perempuan di wilayah Maluku Utara.

Latar Belakang Proyek

Oktober 2014, saya menemani suami berpindah tugas dari Salatiga, Jawa Tengah ke Tobelo, Halmahera Utara. Beberapa pekerjaan di bidang konservasi lingkungan, dikerjakan secara paruh waktu, dengan memantau pergerakan Komunitas Tanam Untuk Kehidupan (TUK) Salatiga, lembaga dimana saya menjadi salah satu pendirinya. Tiga tahun terakhir ini saya mencoba membentuk komunitas peduli lingkungan dengan beberapa perempuan yang awalnya menunjukkan ketertarikan bergerak bersama. Tetapi kemudian seiring waktu, ikatan kurang kuat, komunitas ini belum terbentuk. Hingga kemudian saya direkrut oleh Sinode Gereja Masehi Injili di Halmahera (GMIH) untuk menggarap program lingkungan hidup, mandat/ keputusan Sidang Sinode ke XXVIII di Buli, Halmahera Timur. Tentu saja latarbelakang selama 12 tahun ini, bekerja dalam komunitas peduli lingkungan hidup, bergerak memakai media seni dan budaya, sangat berpengaruh dalam pola kerja saya. Kembali saya memakai formula serupa di Maluku Utara ini. Karena cara kolaborasi antar bidang, berbagai jenjang usia dan latarbelakang profesi pada akhirnya jauh lebih efektif pencapaian sasarannya. Landasan berpikir, semangat dan nilai-nilainya pun saya gali dari budaya setempat, Canga (: suatu sistem nilai berdasarkan pada semangat melaut Suku Tobelo di masa lalu, mereka berpatokan pada empat penjuru bumi memberi tanda, cakrawala mengisyaratkan, kapan pulang). Proyek ini merupakan 1 bagian dari 5 program selama 5 tahun ke depan.

Masalah yang Diangkat

Berdasarkan pengalaman pribadi maupun hasil studi literatur, rata-rata perempuan mempunyai sikap peduli terhadap lingkungan lebih tinggi daripada laki-laki. Halmahera mempunyai banyak budaya menarik, Canga, dulu para lelakilah yang memilikinya. Kini para perempuan akan menuturkannya supaya generasi muda memilikinya kembali. Kemandirian dan Jiwa Merdeka. Nilai-nilainya adalah tidak mudah putus asa, bekerja bersama dalam kelompok, taat pada pemimpin, rasa hormat dan bangga terhadap tanah leluhurnya. Saya ingin meminjam energi Canga sebagai daya dorong untuk menggerakkan perempuan Halmahera. Filosofi Canga : Wahioi nomagilioro hiadono o'libuku iata imahinako (= jangan dulu berbalik arah sebelum cakrawala mengisyaratkan untuk pulang); menggambarkan betapa melekatnya manusia dan lingkungan hidupnya. Manusia membaca tanda dari lingkungan hidupnya. Sehingga hubungan-hubungan keterkaitan tersebut dalam praktek hidup keseharian harus dituturkan kembali berulang-ulang pada generasi lebih muda. Secara keseluruhan semua bentang alam Maluku Utara adalah sumber kehidupan bagi para penduduknya. Pangan, Energi, Sumber Pembelajaran Hidup adalah beberapa fungsi lingkungan hidup yang perlu disebarluaskan kembali. Sehingga timbul kesadaran kolektif untuk tidak merusaknya baik secara individual, kelompok maupun sebagai sebuah komunitas bermasyarakat. Tetapi justru menumbuhkan dan mengembangkan cara perlindungan secara sederhana, kecil-kecil, mungkin bahkan dengan diam-diam melalui cerita malam kepada anak-anak sebelum tidur; atau melalui hidangan di meja makan.

Indikator Sukses

Ukuran keberhasilan Proyek Libuku Iata Imahinako, apabila Tim Kerja bisa melaksanakan dan menghasilkan keluaran sbb : 1. Tim Kerja Utama yang terdiri dari 5 orang perempuan bekerja secara konsisten selama satu tahun dan masing-masing bisa membentuk 1 Tim Kerja Pendukung beranggotakan (minimal) 5 orang perempuan berusia lebih muda untuk memastikan keberlanjutan proyek sesudah memperoleh Hibah Cipta Media. Total akan terbentuk 6 Tim Kerja berjumlah anggota 30 orang. 2. Dapat menyusun, mendesain buku elektronik dan cetak untuk 11 kategori usia dan bidang pelayanan GMIH; dengan narasi dan visualisasi bentang alam khas Maluku Utara; kemudian mencetaknya sebanyak 20.500 buah buku untuk mendistribusikan ke daerah-daerah sulit (terpencil atau belum terjangkau layanan internet)` 3. Dapat melaksanakan Pelatihan sebagai Bagian dari Peningkatan Kapasitas Tim Kerja dengan target antara 25-50 orang perempuan dari minimal 16 wilayah dalam bentuk Training of Trainer. 3. Peluncuran Buku di 16 wilayah (dari total 48 wilayah Maluku Utara) dengan memadukan kegiatan diskusi, cerita, makan bersama dengan makanan khas setiap wilayah, nyanyian, tarian, melukis bersama sesuai dengan kekhasan masing-masing wilayah. 4. Dokumentasi dan Pelaporan Proyek dalam bentuk video pendek, laporan naratif dan laporan keuangan yang dapat diakses oleh jejaring Hibah Cipta Media. 5. Dapat melakukan kerja kolaboratif bersama jejaring kerja lintas daerah.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.402 Juta

Durasi Proyek

9 bulan