874 - Rumpok

Nama Inisiator

Fairuz Rana Ulfah

Bidang Seni

lainnya

Pengalaman

5 Tahun

Contoh Karya

Portfolio_Fairuz_Rana_Ulfah_dan_Rumpok_Team.pdf

Kategori Proyek

perjalanan

Deskripsi Proyek

“Rumpok” adalah Bahasa Aceh yang berarti “Jumpa”. Rumpok merupakan proyek video naratif dan website interaktif berbasis riset sederhana tentang perempuan muda di Aceh. Video ini merupakan narasi langsung dari subjek-subjek yang dipilih dan digabung dengan bahasa visual yang menarik dengan durasi 30-45 menit. Subjek yang dipilih adalah perempuan-perempuan muda Aceh (usia 20-35 tahun) dari berbagai latar belakang. Pemilihan latar belakang yang beragam bertujuan untuk memahami masalah perempuan Aceh hari ini yang khas dan tetap berhubungan dengan masalah perempuan pada umumnya. Perempuan-perempuan yang dipilih merupakan individu yang mewakili masalah ekonomi, sosial dan budaya seperti identitas, peran keseharian (domestik) dan masalah generasi muda Aceh khususnya perempuan. Kami memiliki beberapa subjek dan sudah membangun komunikasi sebelum proyek berjalan. Riset, wawancara, dan proses pengambilan gambar akan dilakukan di beberapa tempat di Aceh (Banda Aceh, Aceh Besar dan Takengon) dan di luar Aceh. Hasil akhir dari proyek ini akan menjadi jurnal audio-visual, teks, infografis, dan foto yang akan dipresentasikan dalam bentuk website interaktif. Selain itu, distribusi offline juga akan dilakukan melalui ruang-ruang diskusi dan forum terkait perempuan baik di Aceh maupun di luar Aceh.

Latar Belakang Proyek

Ide mengenai proyek ini berawal dari percakapan saya dan dua teman tentang kondisi perempuan saat ini. Percakapan ini muncul karena pekerjaan kami kerap bersinggungan dengan tema perempuan dan kebudayaan. Saat itu, April 2017, saya baru kembali dari Aceh dan membuat tulisan jurnalistik di salah satu media online nasional tentang perempuan Aceh. Sebagai orang Aceh saya seringkali disangkutpautkan dengan narasi-narasi, konflik, tsunami, dan syariat Islam. Tiga narasi utama ini mengajak saya untuk berkaca kembali tentang Aceh, bagaimana posisi perempuan Aceh, dan identitas saya sebagai perempuan muda Aceh hari ini. Melalui proyek ini, para audiens bisa “Meurumpok” (Berjumpa) dengan realitas masalah kontemporer perempuan Aceh. Berdasarkan pengalaman pribadi, seringkali masalah-masalah perempuan, khususnya generasi muda, luput dari tiga narasi arus utama tersebut. Kami tertarik menggali lebih dalam tentang dinamika keseharian perempuan muda Aceh saat ini, yang tentunya memiliki masalah spesifik terkait identitas ke-Acehannya tanpa terlepas dari permasalahan perempuan pada umumnya. Bagi saya proyek ini merupakan bentuk refleksi diri dengan cara memahami lebih dalam generasi perempuan muda Aceh. Dua teman diskusi/kolaborator yang akan terlibat dalam proyek ini adalah Meicy Sitorus (seniman dan desainer) dan Ferry Gelluny (periset dan videografer yang besar dan bekerja di Aceh), mereka beberapa kali melakukan proyek seni dan budaya berbasis riset.

Masalah yang Diangkat

Sebagai perempuan Aceh yang telah tinggal di luar Aceh, saya melihat Aceh dengan jarak tertentu dan rasa campur aduk. Ada emosi kedekatan namun juga asing yang timbul, terutama terkait dengan kondisi Aceh saat ini. Label perempuan Aceh, terkadang membuat saya berpikir ulang makna identitas perempuan Aceh itu sendiri. Saya kerap menemukan kontradiksi dari stigma tentang perempuan Aceh yang “kuat” tapi harus “tunduk” terutama di wilayah domestik. Dalam menelusuri identitas perempuan Aceh, literatur yang saya dapatkan masih berkisar dengan tiga narasi yang mendominasi yaitu Konflik, Tsunami, dan Syariat Islam. Padahal meskipun tidak terlepas sepenuhnya dari narasi tersebut, ada sisi lain dari perempuan Aceh saat ini yang bisa dieksplor. Misalnya terkait peran dalam keluarga, kegelisahan kehidupan pribadi, dan bagaimana kami memposisikan diri dalam masyarakat. Dari permasalahan sehari-hari yang dihadapi dan terlihat sederhana seperti curhatan rumah tangga, suka duka perjodohan, kegalauan karier meskipun sudah bergelar, dapat menjadi titik awal dalam menganalisa peran perempuan Aceh pasca konflik dengan narasi yang lebih luas.

Indikator Sukses

1. Website dan video menjadi sumber informasi alternatif tentang perempuan khususnya di Aceh kepada khalayak ramai 2. Menjadi kajian dalam ruang-ruang diskusi formal maupun non-formal mengenai kondisi Aceh dan perempuan 3. Memicu penelitian lanjutan mengenai kondisi perempuan dan Aceh saat ini sehingga bisa menjadi landasan bagi pemerintah dan pihak terkait dalam membuat keputusan yang ramah perempuan (sensitif gender).

Dana yang Dibutuhkan

Rp.84 Juta

Durasi Proyek

7 bulan