948 - Kolaborasi Etnik Papua : Food, Fashion Tari di Jayapura

Nama Inisiator

Fientje Salomina Jarangga

Bidang Seni

seni_pertunjukan

Pengalaman

3 tahun

Contoh Karya

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

Pendekatan antropolgis menjadi penting untuk mempelajari kesamaan budaya yang hidup dalam komunitas suku-suku asli yang masih mempunyai hubungan kekeluaragaan disepanjang semenanjung Port Numbay /Kota Jayapura yang berbatasan langsung dengan Vanimo, Sandaun Province PNG yang jaraknya dari Kota Jayapura sekitar satu jam melalui jalan darat atau bisa juga melalui laut yang ditempuh satu setengah jaam. Kesamaan budaya yang dimaksud dalam descripsi ini adalah kesamaan ciri-ciri umum sebagai entitas etnik Melanesia dimana secara tradisional ada kesamaan dalam makanan tradisional, kesamaan berbusana, dan kesamaan dalam seni pertunjukan gerak tari, menyanyi dalam upacara ritual. Kesamaan entitas ini yang mendorong saya untuk mengembangkan dalam bentuk bisnis antar wilayah yang berbatasan melalui inisiatif utama menyiapkan panggung bagi kreatiftas pengembangan produk tradisonal sebagai produk pasar (marketable), melalui pengolahan dan pengembangan makanan (traditional food), fashion atau kreasi busana busana traditional dan pertunjukan seni tari-musik dan menyanyi (traditional dancing and music) yang memberikan pendidikan dan hiburan. Seiring waktu seiring berkembangnya kehidupan, manusia telah mengatasi tantangan yang tak terhitung jumlahnya untuk membuat dunia menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan untuk tinggal. Melalui pengalaman mereka sendiri untuk mendapatkan metode dan cara bertahan yang lebih baik dan meninggalkan yang menghambat kemajuan.

Latar Belakang Proyek

Saya memilih melakukan proyek ini karena saya konsern pada entitas budaya masyarakat tradisional yang mendiami semenanjung Jayapura atau disebut juga Port Numbai di wilayah RI yang berbatasan langsung dengan Vanimo, Sandaun Province PNG. Konsen saya pada budaya telah membawa saya untuk berpikir tentang pemahaman budaya yang sering digunakan oleh banyak orang membenarkan bahwa budaya telah menghambat pembangunan manusia. Bertolak dari pemahaman ini dan mempelajari kebiasaan-kebiasaan masyarakat tradisional, maka menurut saya bagaimana pandangan umum masyarakat yang negatif, diangkat dan dikelola oleh masyarakat sendiri sebagai hal yang positif dan bermanfaat bagi diriya sendiri. Pertama, kreatifitas pengembangan produk makanan lokal seperti Sagu dan Ubi-ubian diolah secara hygens dan dalam kemasan yang “fress” dan citra rasa yang baik/enak. Kedua, busana tradisional atau fashion merupakan kreasi yang memanfaatkan motif-motif etnik dan ketiga, Pertunjukan tari (dansa), musik dan lagu, merupakan kreasi budaya yang sangat menghibur (fun).

Masalah yang Diangkat

Pendapat umum bahwa makanan tradisional, busana tradisional, pertunjukan tari tradisional adalah bagian dari budaya yang dianggap menghambat pembangunan. Solusi, yang saya tawarkan adalah melalui kreatifitas yang akan dibangun oleh perempuan-perempuan di wilayah perbatasan akan sangat berpeluang dikembangkan sebagai hasil karya yang mendatangkan uang secara mandiri.

Indikator Sukses

1. Adanya demo pengolahan makanan, kolaborasi fashion show dan kolaborasi pertunjukan tari tradisional dari 2 etnis Jayapura Papua – Vanimo PNG. 2. Adanya temuan menu baru : desain model busana, karya menu terbaru, karya ciptaan Lagu baru.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.370 Juta

Durasi Proyek

6 bulan