965 - BAWI DAN UEI (PEREMPUAN DAN ROTAN)

Nama Inisiator

IFADAH ALAWIYYAH

Bidang Seni

kuliner

Pengalaman

10 Tahun

Contoh Karya

364161a3-0e02-4ecd-8b78-8c632ee85ac6.jpg

Kategori Proyek

akses

Deskripsi Proyek

Proyek Bawi dan Uei, merupakan kegiatan yang bertujuan mengembalikan identitas Perempuan Suku Dayak (Oloh Bawi) yang telah menjadi peninggalan Nenek Moyangnya (Tatu Hiang) yang lekat dengan kegiatan pengolahan rotan, bahkan proyek ini turut serta melestarikan salah satu warisan kebudayaan tertua didunia. Bentuk Proyek ini memberikan ruang belajar yang inovatif dan berkelanjutan didalam sebuah Rumah Produksi dengan kegiatan hulu berupa pelatihan dan kelas produksi serta kegiatan hilir yaitu fasilitasi pembentukan sentra, Capacity building, peningkatan produktifitas, promosi pemasaran. Inovatif yang dimaksud adalah memanfaatkan rotan dari akar sampai pucuk secara terstruktur menjadi produk berbentuk kerajinan dan kuliner yang berkarakter, berunsur kebudayaan dan Kekinian. Sasarannya ialah Perempuan Wilayah pinggiran, Lokalisasi dan Gepeng, Penyandang Cacat serta Mahasiswi dari 13 Kab/1 Kota di Kalimantan Tengah yang dilaksanakan dalam beberapa tahapan dengan maksud membekali para perempuan dengan kemampuan berdaya kreasi dan inovatif untuk mampu melakukan reproduksi atas komoditi rotan. Selanjutnya bekerjasama dengan pihak ke-3, para peserta perempuan ini didaerah asal dihimpun dalam sebuah Sentra Usaha untuk menerapkan hasil pelatihan sebagai kegiatan usaha dan kedepan Rumah Produksi ini tidak hanya konsen pada pemberdayaan potensi Rotan, tetapi menjadi sentral inovasi potensi berbasis kearifan lokal bagi Perempuan Kalimantan Tengah agar menjadi BERDAYA dan INDAH.

Latar Belakang Proyek

Lekatnya kegiatan mengolah Rotan, buah dan Rotan Muda dalam keseharian telah menjadi identitas Perempuan Suku Dayak (oloh Bawi). Dewasa ini banyak perempuan dayak yang tidak lagi memiliki kemampuan mengolah rotan baik untuk kerajinan maupun kuliner, bahkan sudah semakin jauh dari kegiatan ini. Banyak perempuan Sarjana menjadi pengangguran, Prostitusi meningkat, perempuan keterbatasan fisik sulit mendapatkan kerja dan IRT khususnya di wilayah Pinggiran lemah akses ekonomi. Tingginya tuntutan ekonomi melahirkan keterpaksaan menjadi Gepeng atau berhijrah kedaerah lain, menunjukan lemahnya akurasi Program pemerintah dibidang pendidikan dan pemberdayaan. Gagalnya implementasi Grand Desaign rotan Kalimantan Tengah tahun 2012 pasca lahirnya PERMENDAG RI tentang Larangan Ekspor Rotan semakin memperburuk sendi ekonomi masyarakat yang bergantung pada komoditi rotan. Rotan semakin berlimpah, pemberdayaan lemah, sementara Pasar terbuka sampai mancanegara, serta belum adanya Produk Unggulan Daerah tentu merupakan satu peluang akses penguatan ekonomi keluarga. 2015 pertama kali mendapat tantangan untuk mengolah rotan muda dan berhasil membuat Kripik dan Abon. 2017 dari produk Kripik SINGKAH UEI (Rotan Muda) memperoleh Penghargaan sebagai PEREMPUAN INSPIRATIF NOVA tahun 2017 Kategori “Perempuan dan Kewirausahaan” menjadi semangat untuk membuka akses Kebudayaan dan Ekonomi dengan tersedianya sebuah wadah sebagai pusat pembinaan dalam bentuk Rumah Produksi untuk membangun Kreatifitas dan Inovasi Perempuan Kalimantan Tengah.

Masalah yang Diangkat

Komoditi rotan sangat melimpah tetapi masih sedikit yang terolah, selebihnya hanya sebatas dipasarkan dalam bentuk rotan mentah, cenderung lebih ingin memperoleh nilai ekonomi secara instan tanpa memberikan sentuhan nilai tambah. Berdasarkan hasil kajian kami bahwa komoditi rotan dari akar, batang, buah, pucuk, dan daun dapat diolah menjadi kerajinan dan kuliner yang bernilai ekonomis serta implementasi program pemerintah tidak merata salah satunya disebabkan geografis Kalimantan Tengah yang sangat luas menjadi kendala melakukan pembinaan ke daerah-daerah. Lemahnya re-generasi pelestarian salah satu warisan kebudayaan tertua didunia ini, akibat banyaknya perempuan dayak yang meninggalkan aktivitas pengolahan rotan serta minimnya daya kreasi dan inovasi juga varians produk, berdampak pada lemahnya daya jual. Kurangnya kemandirian perempuan menyebabkan secara ekonomi lebih banyak bergantung pada penghasilan orang tua, suami maupun anak khususnya IRT, sehingga perlu diberikan akses usaha untuk membentuk kemandirian ekonomi perempuan. Kurangnya wadah berkreasi dan kegiatan sehingga perlu satu titik yang menjadi sentral untuk ruang belajar dan melakukan pembinaan berkelanjutan sebagai media mentransformasikan Mindset yang masih lemah menjadi lebih berdaya, dalam bentuk sebuah rumah produksi dan didukung sentra-sentra untuk mengolah komoditi rotan menjadi olahan yang kekinian, bernilai ekonomis, berdaya saing dan berkarakteristik kebudayaan. Padahal bahan baku melimpah namun justru daerah lain yang menikmati.

Indikator Sukses

1. Tersedianya Rumah Produksi sebagai ruang belajar dalam bentuk pelatihan dan kelas produksi yang mampu menciptakan perempuan menjadi berdaya cipta, rasa, karsa dan karya sehingga dapat membuka akses kekuatan ekonomi keluarga 2. Banyak perempuan menekuni kegiatan berbasis rotan dengan tergabung dalam Sentra Usaha Perempuan di daerah-daerah sebagai wujud keberlanjutan proyek juga hadirnya potensi Produk Unggulan Daerah dari perempuan sebagai wujud pelestarian kebudayaan dan peran serta dalam cita-cita pembangunan daerah 3. Terlaksana promosi & Pemasaran sehingga produk dapat diterima dengan baik di marketplace dan produktifitas meningkat 4. Terfasilitasi kerjasama dengan pihak ketiga untuk keberlanjutan pelatihan/kelas pada rumah produksi 5. Terberdayakannya strukturisasi rotan berupa akar, batang, daun, pucuk dan buah menjadi olahan kerajinan dan kuliner berbasis pendampingan

Dana yang Dibutuhkan

Rp.750 Juta

Durasi Proyek

9 bulan