Kategori Proyek
perjalanan
Deskripsi Proyek
Melalui pertunjukan seni tari perang Enggano ini memperkenalkan dan menegaskan posisi perempuan adat. Berkat kepiawaian dan bahasa kelembutan dari kaum perempuan, perang antar suku dapat dihentikan. Kedua kelompok yang telah berhadapan untuk bertempur itu akhirnya berdamai dan melanjutkan pesta jamuan makan diiringi teriakan dan nyanyian.
Latar Belakang Proyek
Posisi perempuan pada saat ini selalu dianggap tidak memiliki posisi strategis dan dinegasikan dalam pengambilan kebijakan di setiap sektor kehidupan berbangsa dan bernegara. Situasi ini tentu sangat bertolak belakang dengan sejarah yang dimiliki di komunitas-komunitas adat seperti enggano, dimana perempuan memiliki peran yang sangat luar biasa dalam menghentikan peperangan dan menjaga perdamian antar suku yang telah berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama sehingga pada saat ini suku-suku yang ada di enggano dapat hidup berdampingan.
Masalah yang Diangkat
Pertunjukan seni tari perang Enggano akan dilaksanakan di tempat yang secara kebudayaan memiliki perbedaaan yang cukup mendasar. Dimana Yogyakarta menganut sistem kekerabatan Patrinieal, laki-laki lebih memiliki posisi dominan dibandingkan perempuan. Hal ini dilakukan untuk kembali menegaskan bahwa peran dan fungsi perempuan berbeda-beda, tergantung dari sejarah dan kebudayaan yang membentuknya. Di enggano peranan dan fungsi perempuan justru sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup masyarakatnya, dimana perempuan juga memiliki akses yang sangat besar terhadap urusan-urusan publik.
Indikator Sukses
Terselenggaranya Pertunjukan Seni Tari Perang Enggano, dengan melibatkan seluruh pelaku kebudayaan perempuan yang ada di Provinsi Yogyakarta
Dana yang Dibutuhkan
Rp.232 Juta
Durasi Proyek
4 bulan