f-065 - Jaga Bumi

Nama Inisiator

Kandi Sekarwulan untuk Sandra Isabelle M. Hamel

Bidang Seni

seni_pertunjukan

Pengalaman

20 Tahun

Contoh Karya

f-065-karya-kandi.pdf

Kategori Proyek

perjalanan

Deskripsi Proyek

Jagabumi adalah sebuah proyek yang bertujuan mendidikan dan menyuarakan pelestarian lingkungan kepada masyarakat melalui seni pertunjukan. Dalam Proyek ini, sebuah tim kecil akan melakukan perjalanan ke 7 (tujuh) lokasi di seluruh Indonesia, dari kota hingga ke pedalaman, untuk menyelenggarakan pertunjukan boneka dan workshop bertema lingkungan. Pertunjukan yang akan dipentaskan berjudul Y a Comme Un Pepin, suatu sandiwara tanpa dialog untuk anak-anak usia 4 tahun ke atas. Mengisahkan perjalan sebutir biji apel hingga menjadi phoon, yang lalu ditebang untuk membangun kota. Semua peralatan dalam pertunjukan ini terbuat dari kertas dan kardus - simbol dari phon yang ditebang oleh manusia. Lucu dan mendidik, pertunjukan ini bertujuan menyadarkan penonton tentang pentingnya kelestarian alam untuk planet bumi. Workshop lingkungan diperuntukan bagi anak-anak usia sekolah dasar dan remaja. Peserta workshop diajak untuk mencermati permasalah lingkungan disekitar lalu menciptakan karya, minimal dalam bentuk karya dari barang bekas, maksimal dalam bentuk pertunjukan sederhana. Material boneka serta tema cerita akan berbeda-beda pada setiap lokasi tergantung isu lingkungan spesifik yang menjadi permasalah penting di lokasi tersebut. Tim pelaksanaan proyek ini terdiri dari tiga orang, yaitu: 1. Sandra Hamel (puppeteer) Sanda Hamel, puppeteer perempuan dari Belgia telah perpengalaman 20 tahun mencipta serta mementaskan berbagai pertunjukan bertema lingkungan. Karyanya Y a Comme Un Pepin telah dipentaskan di berbagai negara. Pada Tahun 2015, dalam kunjungannya ke Indonesia, Sandra melakukan pementasan sukarela di Aceh dan menemui berbagai permasalahan lingkungan di sana. Sejak saat itu ia berniat untuk kembali dan mengkampanyekan kelestarian lingkungan di Indonesia melalui media pertunjukan. 2. Kandi Sekarwulan (fasilitator dan perancangan program edukasi) Perempuan penggiat pendidikan dari Bandung, sejak 2002 aktif menciptakan materi-materi edukasi kreatif serta memfasilitasi berbagai workshop untuk anak-anak. Pada tahun 2007 mendirikan komunitas pendidikan alternatif bernama Sahabat Kota. Beberapa karyanya telah digunakan secara luas sebagai media edukasi, antara lain serial animasi Petualangan Banyu, paket modul edukasi kreatif Sahabat Kota, dan Modul SELAMAT (edukasi keselamatan lalu lintas, bekerja sama dengan Save The Children Indonesia). Dalam proyek Jagabumi, Kandi akan merancang dan memfasilitasi workshop lingkungan di setiap lokasi. 3. Pandu Putra Pranawa (dokumentator) Fotografer/videografer asal Bandung, aktif menjadi relawan program sosial di berbagai daerah di Indonesia. Pernah mengikuti ekspedisi pelayaran ke daerah 3T(terdepan, terpencil,tertinggi) di Indonesia Tengah dan Timur. Dalam proyek Jagabumi, Pandu bertugas mendokumentasikan seluruh kegiatan dan membuat video untuk presentasi akhir. Proyek perjalanan ini berdurasi sekitar 2 bulan (estimasi, dapat berubah sesuai kondisi lapangan), dan akan dilakukan di antara bulan September hingga Desember 2018. Pada tiap lokasi kunjungan, kami berpartner dengan penggiat-penggiat dari komunitas atau organisasi lokal untuk penyelenggaraan dan publikasi kegiatan. Adapun lokasi yang kami kunjungi beserta partner lokalnya adalah sebagai berikut. 1. Kota Bandung (Jawa barat), partner: Komunitas Labo Kreta & Pustakalana Children Library. 2. Kab. Polewali Mandar (Sulawesi Barat), partner: Perpustakaan Nusa Pustaka. 3. Kota Ambon (Maluku),partner: Trash Hero Ambon & Green Moluccas. 4. Pulau Nusa Laut (Maluku),partner: Trash Hero Ambon & Green Moluccas. 5. Pulau Lombok (Nusa Tenggara Barat), partner: Yayasan Juang Laut Lestari. 6. Kota Surabaya (Jawa Timur), partner: Pondok Kasih & Komunitas Nol Sampah. 7. Kota Yogyakarta (Jawa Tengah), partner: Papermoon Puppet Theater. Di Kota Yogyakarta, tim akan melakukan presentasi akhir dengan mepertunjukan dokumentasi seluruh kegiatan. Video pertunjukan Sandara selama perjalanan, juga beerapa video pertunjukan karya workshop, akan dijadikan open source (diunggah ke internet) dan dapat di akses secara bebas oleh masyarakat luas sebagai materi edukasi lingkungan.

Latar Belakang Proyek

Dalam beberapa tahun terahir, Indonesia telah mengalami percepatan pembangunan di berbagai daerah. Dengan pembukaan jalur maupun saran transportasi baru seperti jalan tol, bandara, pelabuhan, jalan lintas pulau, dan tol laut, perpindahan manusia maupun sumber daya menjadi lebih mudah, terjangkau serta cepat. Kemudahan fasilitas ini, ditambah dengan kebijakan pemekaran daerah-daerah baru, berdampak meningkatnya pembangunan fisik maupun ekonomi di berbagai kota maupun desa Indonesia. Pesatnya pembangunan khususnya di daerah Indonesia Timur telah memberi banyak dampak positif berupa pemerataan fasilitas umum, turunnya harga bahan-bahan pokok, sektor pariwisata yang lebih aktif, serta peningkatan pereknomian masyarakat secara keseluruhan. Namun di sisi lain terdapat risiko efek samping yang perlu diantisipasi, salah satunya adalah kerusakan lingkungan. Peningkatan aktivitas manusia cenderung berhubungan erat dengan penurunan kualitas lingkungan hidup. Ambillah contoh darurat asap di Sumatera dan Kalimantan, banjir di kota-kota besar akibat penggundulan daerah resapan, juga menggunungnya sampah di lokasi-lokasi wisata. Hal ini sesungguhnya tidak perlu terjadi apabila masyarakat telah lebih dahulu sadar akan pentingnya pelestarian lingkungan. Jika masyarakat memiliki kesadaran dan kapasitas yang memdai untuk menjaga lingkunga, pembangunan dapat dilakukan dengan cara berkelanjutan (sustainable), juga terdapat sistem kontrol sosial ketika terjadi praktek-praktek yang merusak lingkungan karena masyarakat memahami dampak langsung kerusakan lingkungan pada diri dan kualitas hidup mereka.

Masalah yang Diangkat

Atas pertembingan tersebut, proyek ini dirancang untuk mengedukasi masyarakat khususnya di lokasi-lokasi yang sedang atau akan mengalami pembangunan pesat. Hasil yang diharapkan adalah meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan, sehingga proses pembangunan di daerah masing-masing dapat dikawal dengan baik. Pemilihan lokasi pertunjukan di dasarkan pada (1) Keberdaan jejaring komunitas/organisasi lokal yang dapat memfasilitasi atau menjadi partner, dan (2) Urgensi isu lingkungan yang terdapat di lokasi tersebut. Berikut adalah latar belakang kondisi tiap lokasi yang kami pilih: 1. Kota Bandung (Jawa Barat) Sebagai kota yang berjarak cukup dekat dari metropolitan Jakarta, juga sebagai kota yang penduduknya terus bertambah, Bandung mengalami dampak lingkungan yang cukup berat. Dalam 15 tahun terahir telah terjadi alih fungsi lahan termasuk di kawasan Bandung Utara yang seharusnya menjadi daerah resapan. Dampak lingkungannya terlihat jelas dari frekuensi serta intensitas banjir-longsor yang terjadi di Bandung dan daerah sekitarnya. Labo Kreta dan Pustakalanan Children Library adalah dua komunitas di Bandung yang aktif menyelenggarakan program-program edukasi bagi anak-anak, serta telah memiliki basis peserta yang cukup banyak. 2. Kab. Polewali Mandar (Sulawesi Barat), partner: Perpustakaan Nusa Pustaka Sulawesi Barat adlaah provinsi baru di Indonesia, dengan Polewali Mandar sebagai salah satu kabupaten pemekarannya. Saat ini penduduk kabupaten tersebut semakin bertambah , dan telah mulai muncul tanda-tanda awal kerusakan lingkungan khususnya penumpukan sampah. Sistem dan fasilitas pengelolaan sampah di daerah ini masih sangat terbatas, begitu pula kendaraan masyarakatnya terhadap pengelolaan sampah. Nusa Pustaka adalah sebuah perpustakaan yang diinisiasi oleh warga lokal Polewali Mandar. Perpustakaan ini memiliki program perahu pustaka, yaitu berkeliling dengan perahu untuk membawa buku-buku bacaan ke daerah sekitar. Tim akan berkolaborasi dengan perahu pustaka untuk menampilkan pertunjukan di berbagai tempat. 3. Kota Ambon (Maluku) Kota Ambon, berlokasi di pulau Ambon, adalah ibukota provinsi Maluku. Dengan semakin meningkatnya popularitas pariwisata di daerah Maluku, Ambon menjadi semakin ramai oleh pendatang maupun wisatawan. Kepulauan Maluku memiliki spot-spot terumbu karang yang indah dan relatif belum terpublikasi jika dibandingkan dengan Sulawesi atau Papua, tetapi dengan semakin mudahnya akses ke pulau ini, aktivitas pariwisata di sana berpotensi semakin meningkat. Jika masyarakat di daerah ini memiliki wawasan lingkungan dan kapasitas untuk menjalankan ekowisata, dampak lingkungan dari pariwisata dapat diminimalkan. Trash Hero Ambon dan Green Moluccas adalah dua organisasi lokal yang aktif mengkampanyekan kelestarian lingkungan di Ambon, khususnya bergerak di isu persampaha serta ekowisata. Kedua organisasi telah menjalankan berbagai program seperti edukasi dan aksi bersih sungai/pantai, juga berjejaring secara nasional maupun internasional dengan gerakan Trash Heronya lainnya. 4. Pulau Nusa Laut (Maluku) Satu dari tiga pulau berpenghuni di kepulauan Lease, Nusa Laut terkenal akan terumbu karangnya yang dikatakan sebagai salah satu spot selam terbaik. Pulau ini juga memiliki potensi wisata sejarah karena banyaknya bangunan bersejarah di pulau tersebut. Konservasi spot-spot wisata, juga penyebarluasan wawasan tentang ekowisata, menjadi isu lingkungan utama yang diangkat di Nusa Laut. Tim akan berkolaborasi dengan Trash Hero Ambon dan Green Moluccas yang telah terlebih dahulu menyelenggarakan program bagi masyarakat Nusa Laut. 5. Pulau Lombok (Nusa Tenggara Barat) Terletak bersebelahan dengan Bali, pulau Lombok menjadi tujuan wisata alternatif bagi wisatawan yang mencari keaslian alam dan budaya serta menjauh dari keramaian Bali. Lombok memilki salah satu gunung tertinggi di Indonesia, yaitu Rinjani, sehingga menjadi destinasi favorit para pecinta alam. Pada tahun 2016 Lombok dicanangkan sebagai destinasi wisata halal. Dengan dibangunnya Bandara Praya, rencana pembangunan sirkuit balap Formula-1, Lombok berpotensi menjadi destinasi wisata yang sangat ramai seperti Bali. Kesiapan masyarakat sangat dibutuhkan agar perkembangan pariwisata di Lombok dapat terkawal dan kerusakan lingkungan maupun sosial budaya dapat dihindarkan. Yayasan Juang Laut Lestari (JaRi) adalah lembaga swadaya masyarakat yang aktif menjalankan program edukasi untuk anak-anak di pesisir Lombok. Yayasan ini utamanya memperjuangkan kelestarian terumbu karang di pantai-pantai sekitar Lombok. JaRi memiliki jejaring ke berbagai institusi lokal, dari sekolah, perusahaan mutiara, hingga kelompok pemandu ekowisata. 6. Kota Surabaya (Jawa Timur) Sebagai salah satu kota besar di Jawa Timur, Surabaya memiliki permasalahan yang umum dihadapi kota-kota besar yaitu sampah. Komunitas Nol Sampah merupakan organisasi lokal yang aktif mengkampanyekan Zero Waste di Kota Surabaya, sedangkan Pondok Kasih secara rutin mengadakan program pendidikan dan amal untuk anak-anak. 7. Kota Yogyakarta (Jawa Tengah) Kota Yogyakarta dan sekitarnya adalah destinasi wisata yang sangat populer di Pulau Jawa. Dikatakan juga sebagai salah satu daerah paling nyaman untuk ditinggali di Indonesia (memiliki livability tinggi). Kedua hal ini menjadikan Yogyakarta semakin ramai pendatang, dan aktivitas perekonomiannya terus meningkat. Kebijakan pemerintah lokal yang mengijinkan pembelian lahan oleh non-penduduk menyebabkan banyaknya pembangunan dan komersialisasi lahan yang sebenarnya tidak diinginkan oleh warga Yogya. Pembangunan tersebut juga berdampak pada penurunan kualitas lingkungan di Yogyakarta, salah satunya dalam bentuk banjir. Papermoon Puppet Theater adalah sanggar boneka di Yoygyakarta yang telah berpengalaman mementaskan pertunjukan boneka pada tingak nasional maupun internasional. Pada Akhir tahun 2018 sanggar boneka ini akan kembali menyelenggarakan event dua-tahunan mereka yaitu Pesta Boneka.

Indikator Sukses

Sesuai tujuan proyek untuk mendidik dan menyuarakan pelestarian lingkungan kepada masyarakat, tingkat keberhasilan proyek Jagabumi dapat dinilai dari (1) luasnya capaian terhadap masyarakat dan (2) dampaknya terhadap masyarakat. Artinya, indikator keberhasilan proyek dapat berupa indikator kuantitatif maupun kualitatif." Secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif (capaian), indikator keberhasilan yang dapat diukur dari proyek ini adalah: 1. Jumlah pertunjukan di tiap lokasi. 2. Jumlah workshop di tiap lokasi. 3. Jumlah penonton yang menghadiri pertunjukan. 4. Jumlah dan sasaran peserta workshop. 5. Jumlah dan keberagaman orang yang menonton/menyaksikan karya hasil workshop. 6. Jumlah media lokal yang meliput pertunjukan dan workshop. 7. Jumlah penonton/masyarakat yang mengakses video pertunjukan (di akhir program). Sedangkan secara kuantitatif (dampak), indikator keberhasilan proyek ini adalah: 1. Tingkat kesadaran penonton pertunjukan terhadap isu lingkungan di sekitar mereka, sebelum dan sesudah pertunjukan. 2. Tingkat kesadaran peserta workshop terhadap isu lingkungan di sekitar mereka, sebelum dan sesudah workshop. 3. Tingak pengetahuan peserta workshop terhadap solusi masalah lingkungan di sekitar mereka (misal:solusi masalah sampah adalah 3R, dan lain-lain. 4. Kemampuan peserta workshop menerjemahkan pengetahuan mereka tentang isu dan solusi masalah lingkungan dalam karya (dengan kata lain, apakah karya mereka dapat menceritakan tentang isu dan solusi masalah lingkungan ?). 5. Tingkat kesadaran masyarakat sebelum dan sesudah menyaksikan pameran/pertunjukan hasil workshop.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.173.5 Juta

Durasi Proyek

2 bulan