Cipta Media

Laporan Aktivitas Perempuan Dalam Semesta Lurik

Oleh: Ciptaningrat Larastiti

Sekolah Menenun

Tanggal 09 Dec 2018
Observasi untuk mengenali proses produksi lurik salah satunya Nyekir
Berkenalan dengan tustel atau Alat Tenun Bukan Mesin
Jam 09.00-18.00
Lokasi CV Sumber Sandang
Alamat Jl. Raya Pedan No.44, Jalinan, Kedungan, Pedan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah 57468
Daftar Hadir 1. Ayu
2. Feri
3. Hepi
3. Laras
4. Sanmon
5. Palupi (pengelola usaha CV Sumber Sandang)
6. Haryadi (mentor proses produksi lurik)
7. Rahmat (pemilik usaha CV Sumber Sandang)
Tujuan (1) mampu mengenal proses produksi lurik ATBM
(2) mampu mengenali spesifikasi alat tenun bukan mesin - disebut sebagai tustel
Ringkasan
Hasil Menurut Pak John, pekerja Nyekir, dan Mas Hariyadi, pekerja pewarnaan, setidaknya proses produksi tenun terdiri tiga tahap. Tahapan pertama disebut sebagai Konstruksi Benang, Menenun dan Finishing Kain. roses pertama disebut sebagai konstruksi benang. Sebagai ilustrasi, bila Mbah Rahmat mendapatkan pesanan motif lurik tertentu, dia akan menghitung benang menggunakan kaca pembesar ukuran 0,5 atau 1 inc (lihat gambar di samping). Setelah hitungan benang diperoleh, pekerja pewarnaan yakni Mas Haryadi akan mengkalkulasi kebutuhan benang yang harus diwarnai. Setelah diwarnai, benang akan dipintal (malet) menjadi dua bagian yakni benang lusi dan benang pakan. Benang lusi merupakan benang yang membujur vertikal, sementara benang pakan merupakan benang yang ditenun dan membujur horisontal. Setelah benang lusi tertata di klethek, proses selanjutnya adalah menyusun dan menata benang klethek ke alat sekir. Proses yang juga disebut penghanian ini, disebut sebagai Pak John, sebagai “otak dari konstruksi benang ke kain.” Di sini benang dibentangkan satu per satu hingga membentuk motif yang khas. Setelah itu, benang akan digulung agar berpindah dari klethek ke gulungan sekir. Setelah proses ini, Pak John akan menggulung benang sekir ke bum benang lusi (ukuran 50-60 meter)
Proses konstruksi benang berakhir ketika satu bum benang lusi selesai dibuat. Selanjutnya, satu bum benang lusi ini akan dipindahkan ke pekerja nyucuk dan nyisir benang agar benang-benang dimasukan secara manual ke alat tenun. Bu Sumini dan Bu Kasiyem akan membawa satu bum benang ke tempat mereka bekerja, ada di depan kamar mandi. Mereka memasukan benang satu per satu ke dalam dua buah kamran yang berisi lubang untuk tempat benang satu per satu. Setelah itu, dari kamran, Bu Sumini dan Kasiyem memindahkan per dua benang dari kamran ke sisir ATBM. Sisir inilah yang menentukan kerapatan benang dengan jumlah lubang berbeda-beda, ada 28 lubang per 1 inc, ada 35 lubang per 1 inc dan ada 45 lubang per 1 inc. Setelah benang lusi dalam satu bum benang terpasang di kamran dan sisir, rangkaian benang itu akan dipasang di tustel atau alat tenun bukan mesin. Di tustel inilah, para perempuan penenun bekerja
Evaluasi Proses produksi lurik terdiri dari dua bagian utama, konstruksi benang dan penenunan. Konstruksi benang ini membutuhkan perhitungan khusus disesuaikan dengan karakter benang yang akan dipakai.
Rekomendasi Mas Haryadi dan Pak John mengusulkan jika kami sudah lancar dalam menenun, ada baiknya, kita mulai mempelajari proses konstruksi benang. Menenun bisa disebut lancar jika kami sudah bisa menghasilkan kain sepanjang kurang lebih lima meter dalam satu hari. Disela proses ini, kami bisa melatih diri mengenali alat-alat yang dipakai secara spesifik untuk menghitung dan menkonstruksi benang. Setelahnya, pada sekolah edisi berikutnya, kami bisa mulai sekolah menenun sedari proses konstruksi benang