Organisasi
KKI Warsi merupakan NGO yang dalam kegiatannya menghidupkan kembali azas-azas konservasi masyarakat dan mendorong pengembangan model pengelolaan kawasan konservasi di Sumatera khususnya dan di Indonesia umumnya. Tujuan KKI WARSI adalah mengupayakan terciptanya pembangunan dan pengembangan azas-azas konservasi berbasis masyarakat yang berkeadilan, berkesetaraan, partisipatif, keterbukaan dan berkelanjutan sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan hidup manusia masa kini tanpa mengancam pemenuhan kebutuhan hidup generasi berikutnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, KKI WARSI akan :
Status resmi
Lembaga Swadaya Masyarakat yang disahkan melalui Akte Notaris Nomor 89, Tanggal 29 Oktober 2003 oleh Notaris Syarit Tanzil, SH.
Kontak
Rakhmat Hidayat (Direktur Eksekutif)
Posisi
Pemimpin proyek
Lokasi
Jambi
Deskripsi Proyek
Tujuan:
Peningkatan akses Orang Rimba terhadap layanan pendidikan, kesehatan dan peningkatan ekonomi, serta diterimanya mereka menjadi bagian dari komunitas umum tanpa kehilangan jati dirinya.
Sasaran:
A. Adanya bangunan studio dan pemancar radio komunitas yang dapat melakukan siaran secara berkelanjutan.
Lokasi kelompok-kelompok Orang Rimba tersebar di pedalaman hutan di Taman Nasional Bukit Duabelas, sehingga keberadaan mereka sulit dijangkau secara fisik, hal ini menyebabkan akses mereka terhadap informasi dan layanan fasilitas umum menjadi tertutup. “Ketertutupan” ini sangat merugikan Orang Rimba dan dapat dimanfaatkan oleh pihak luar untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Kondisi ini dapat diatasi dengan menghadirkan Siaran Radio Komunitas. Oleh karena itu dibutuhkan: (1) ruangan studio yang berfungsi sebagai tempat pertemuan dan melakukan siaran, (2) pemancar radio di studio dan pemancar relay di puncak gunung yang siarannya dapat menjangkau lokasi tempat tinggal kelompok-kelompok Orang Rimba, (3) serta sumber daya manusia yang mampu mengelola dan mengoperasikannya secara berkelanjutan.
B. Adanya program siaran radio yang mendukung kegiatan pendidikan bagi Orang Rimba.
Orang Rimba belum tersentuh pendidikan secara formal. Pendidikan yang mereka terima baru sebatas pendidikan non formal yang dikembangkan Warsi dengan metoda baca, tulis dan hitung. Sulitnya akses dan keberadaan orang Rimba yang tersebar di hutan-hutan sekunder, menjadi salah satu penyebab sedikitnya Orang Rimba yang bisa diberikan pendidikan baca, tulis dan hitung. Saat ini baru 17% komunitas Orang Rimba yang mampu membaca, menulis dan berhitung. Melalui siaran radio komunitas jangkauan pengajaran yang diberikan akan lebih luas dan lebih intensif, sehingga mempercepat pengentasan buta aksara dikalangan Orang Rimba.
C. Adanya program siaran radio yang mengkampanyekan informasi tentang layanan kesehatan bagi Orang Rimba.
Orang Rimba merupakan komunitas yang sangat rentan dengan berbagai penyakit, disebabkan karena pola hidup mereka yang kurang memperhatikan kebersihan dan kesehatan. Hal ini diperburuk dengan sulitnya Orang Rimba mengakses pusat-pusat layanan kesehatan, karena adanya ketidakpahaman Orang Rimba pada prosedur pelayanan kesehatan publik. Di sisi lain, petugas kesehatan juga masih memberi stereotip “magis” tentang Orang Rimba sehingga ada keengganan melayani mereka. Akibatnya angka harapan hidup Orang Rimba sampai saat ini masih rendah. Siaran Radio Komunitas akan membantu memberikan berbagai informasi kesehatan bagi Orang Rimba.
D. Adanya program siaran radio yang mendukung pemberdayaan ekonomi berupa pemberian informasi tentang harga, akses pasar, serta sarana pengembangan koperasi.
Melalui siaran radio, Orang Rimba akan secara cepat mendapatkan informasi harga berbagai komoditas hasil hutan non kayu dan getah karet, serta informasi pasar. Selama ini ekonomi dan harga komoditas Orang Rimba dimonopoli para toke mereka. Radio Komunitas juga dapat difungsikan guna membantu organisasi Orang Rimba untuk mendukung pengembangan koperasi, karena radio akan berfungsi menjembatani komunikasi dari lembaga koperasi ke anggota-anggotanya. Selama ini pesan disampaikan secara estafet antar kelompok di dalam hutan.
E. Adanya program siaran radio yang mengkampanyekan perlindungan terhadap komunitas Orang Rimba, pengakuan keberadaan Orang Rimba dan membantu menghilangkan stigma negatif tentang Orang Rimba.
Keberadaan Orang Rimba sering dipandang negatif oleh komunitas lain. Stigma negatif dengan menyebut “Kubu” oleh masyarakat sekeliling mereka, merupakan sebutan yang sangat merendahkan Orang Rimba. Kesalahpahaman ini sudah diwariskan berabad-abad hingga kini. Karena perebutan sumber daya yang semakin langka, konflik antar masyarakat desa dengan Orang Rimba semakin tinggi. Dalam satu tahun ini saja sudah tercatat tiga Orang Rimba meninggal dan tiga luka berat akibat konflik tersebut. Radio Komunitas sangat strategis dalam membantu menumbuhkan penerimaan warga desa terhadap komunitas Orang Rimba sebagai sesama warga negara. Radio ini juga akan berperan membantu menghilangkan kesalahpahaman dan stigma negatif terhadap Orang Rimba.
Latar belakang:
A. Keterkaitan pada topik: Keadilan dan kesetaraan akses terhadap media
Orang Rimba merupakan komunitas asli Jambi yang hidup tersebar dalam kelompok-kelompok kecil di hutan-hutan sekunder maupun di perkebunan-perkebunan karet dan sawit milik masyarakat desa. Tiap-tiap kelompok yang dipimpin oleh seorang tumenggung ini biasanya beranggotakan tiga sampai 20 kepala keluarga. Secara umum persebaran Orang Rimba dibagi dalam tiga wilayah besar di Provinsi Jambi, yaitu di Taman Nasional Bukit Duabelas dan sekitarnya berjumlah 1.700 jiwa, di sepanjang jalan lintas Sumatera mulai dari perbatasan Jambi-Sumatera Selatan hingga batas Jambi – Sumatera Barat, berjumlah 1.800 jiwa. Dan yang terakhir komunitas Orang Rimba yang berada di Selatan Taman Nasional Bukit Tigapuluh yang berjumlah 450 jiwa.
Dalam kehidupannya, Orang Rimba bergantung pada sumber daya alam di sekitarnya, yaitu dengan berburu dan meramu hasil hutan. Mereka hidup dengan pola semi nomadic, ini ditandai dengan seringnya mereka berpindah tempat tinggal. Perpindahan ini dikenal dengan istilah belangun, yang biasanya disebabkan karena kematian salah satu anggota kelompok atau kehilangan sumber penghidupan.
Pola kehidupan yang demikian menyebabkan Orang Rimba sulit diakses dan juga sulit mengakses sarana-sarana umum yang diperlukan untuk menunjang kehidupan mereka. Hal inilah yang menyebabkannya menjadi kaum marginal.
Di berbagai segi kehidupan, Orang Rimba adalah kaum yang tidak berdaya dan dianggap sebagai kelompok masyarakat kelas rendah. Ini juga berlaku dalam pola hubungan dengan kelompok masyarakat lain disekitarnya. Sikap ini, masih kental hingga kini.
Bagi sebagian kelompok masyarakat lainnya, Orang Rimba lebih dipandang sebagai pengganggu, apalagi sejak menipisnya sumber daya akibat semakin sempitnya hutan setelah kehadiran HPH, HTI, transmigrasi dan perkebunan sawit skala besar. Keadaan ini telah menyebabkan terjadinya perebutan sumber daya, yang kerap berujung konflik dan biasanya korban berada di pihak Orang Rimba.
Oleh sebab itu, perlindungan sumber daya alam dan proteksi kawasan hidup Orang Rimba sangat diperlukan. KKI Warsi bersama Komunitas Orang Rimba telah berhasil memperjuangkan pengakuan kawasan tempat hidup Orang Rimba di Bukit Duabelas, yang dilegalisasi pemerintah dengan status taman nasional pada tahun 2000. Dalam penetapan kawasan ini, secara khusus disebutkan bahwa kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas seluas 60.500 ha merupakan kawasan tempat hidup dan berpenghidupan Orang Rimba.
Setelah memperjuangkan kawasan hidup tahap selanjutnya yang perlu dilakukan adalah peningkatan dan pengembangan kapasitas Orang Rimba. Diantaranya yang dilakukan adalah memberikan layanan pendidikan, kesehatan dan pengembangan ekonomi. Terkait dengan ini Warsi sejak tahun 1997, telah memberikan layanan pendidikan alternatif, layanan kesehatan juga pengembangan ekonomi untuk menunjang kehidupan mereka. Kegiatan ini dilakukan dengan mengunjungi kelompok-kelompok Orang Rimba.
Sedangkan untuk membangun kesetaraan dengan kelompok masyarakat lainnya, Warsi melakukan kampanye ke desa-desa sekitar untuk bisa menerima dan hidup berdampingan dengan Orang Rimba dalam hubungan setara dengan tidak menghilangkan jati diri masing-masing. Ini dipandang penting dilakukan, sebab interaksi semakin tinggi dan kesalahpahaman juga akan semakin terbuka lebar dan berujung pada timbulnya konflik. Kampanye ini perlu ditunjang dengan sarana lain yang akan menjembatani komunikasi antara Orang Rimba dan masyarakat disekitarnya, guna mendorong Orang Rimba memahami norma kehidupan umum, di sisi lain juga masyarakat desa memahami pola dan norma kehidupan Orang Rimba.
Media Radio Komunitas dan kegiatannya dipandang sebagai media alternatif yang efektif dan efisien untuk menjangkau Orang Rimba, guna penyampaian materi pendidikan, informasi kesehatan, pengembangan pertanian menetap, serta menjadi sarana komunikasi dengan kelompok masyarakat lainnya. Selain itu, Radio Komunitas juga akan menjadi alat untuk memobilisasi dan menjadi media informasi dan hiburan bagi Orang Rimba dan masyarakat desa disekitar mereka.
B. Masalah yang ingin diatasi dan keterkaitan dengan aktivitas
Ketiadaan fasilitas media informasi menjadikan Orang Rimba semakin marginal. Proyek akan mengembangkan berdirinya studio radio komunitas yang dapat dijangkau oleh kelompok-kelompok Orang Rimba, sebagai media untuk mengatasi kebutuhan akses mereka terhadap informasi. Pendirian studio dan pemancar radio ini akan langsung mendukung semua aktifitas program-program penyiaran ke Orang Rimba dan bersinergi dengan aktifitas-aktifitas lainnya yang telah dikembangkan Warsi.
Banyaknya anggota komunitas Orang Rimba yang buta aksara dan rendahnya akses terhadap fasilitas pendidikan. Program siaran pendidikan akan membantu akselarasi penerimaan komunitas Orang Rimba terhadap pentingnya pendidikan secara umum dan khususnya pemberantasan buta huruf. Melalui program siaran ini akan digunakan sebagai sarana media belajar yang dapat menjangkau kelompok-kelompok Orang Rimba yang tersebar. Program siaran pendidikan juga akan digunakan untuk menjembatani dan memfasilitasi stakeholder lainnya seperti sekolah-sekolah terdekat, agar ikut serta dalam mendukung kegiatan pendidikan Orang Rimba seperti kelas jauh dan memasuki sekolah formal.
Rendahnya Orang Rimba mengakses fasilitas kesehatan umum dan rendahnya kesadaran berperilaku hidup sehat. Melalui program siaran radio, akan didorong komunitas Orang Rimba memanfaatkan fasilitas kesehatan umum yang tersedia seperti bidan desa, puskesmas dan rumah sakit kabupaten. Program siaran radio juga akan mengkampanyekan tentang perilaku hidup sehat yang dikaitkan dengan perubahan lingkungan. Bagaimana cara-cara pencegahan penyakit seperti diare, TBC, malaria yang saat ini sangat umum terjadi di Orang Rimba. Program siaran radio juga akan mengkampanyekan pentingnya peran para pihak untuk membantu pelayanan kesehatan yang lebih baik bagi Orang Rimba. Kurangnya akses Orang Rimba terhadap fasilitas umum, ditambah adanya persepsi yang keliru terhadap mereka, perlu diatasi melalui kampanye penyadaran diberbagai pihak.
Sulitnya Orang Rimba mendapatkan harga komoditas yang adil karena pasar dan informasi harga dimonopoli oleh toke. Permasalahan ini akan diatasi dengan membuat program siaran radio komunitas yang memuat harga-harga komoditas hasil hutan seperti jernang, rotan, damar, dan getah karet. Program ini juga akan membantu memberikan informasi pasar alternatif yang lebih menguntungkan. Radio komunitas akan dimanfaatkan sebagai sarana untuk membantu komunitas Orang Rimba dalam mengembangkan koperasi. Peran dari radio adalah mengkomunikasikan dan mengkampanyekan manfaat koperasi sebagai sarana ekonomi bersama sehingga setiap rumah tangga ikut menjadi anggota koperasi.
Orang Rimba sebagai suku asli minoritas marginal sangat rawan terhadap perlakuan ketidakadilan dan kekerasan. Program siaran radio komunitas akan membantu mengkampanyekan budaya dan cara hidup Orang Rimba. Melalui kampanye ini diharapkan komunitas umum semakin menghilangkan berbagai pandangan negatif terhadap Orang Rimba hingga akhirnya merubah sikap dan tindakan yang dapat mengakui dan menghargai keberadaan Orang Rimba. Program siaran radio ini akan banyak disasarkan kepada para pendengar warga desa-desa dimana Orang Rimba tinggal hidup berdampingan. Di sisi lain program radio ini juga akan memuat informasi tentang kehidupan di desa-desa dan norma umum yang berlaku di desa-desa. Dengan demikian program siaran ini akhirnya dapat membantu mengurangi konflik antara kedua belah pihak yang sekarang ini sering terjadi.
C. Keterkaitan pada kategori: Konten Lokal, Kemitraan, Strategi Kreatif, Aksi, dan Teknologi Tepat Guna
Aksi
Strategi kreatif
Menumbuhkan partisipasi penuh Orang Rimba dalam penyiapan materi siaran, menjadikan mereka sebagai penyiar aktif. Dari sisi audient akan dibangun kelompok-kelompok pendengar aktif, baik di komunitas Orang Rimba ataupun di masyarakat desa. Materi siaran pendidikan, informasi kesehatan, informasi ekonomi, juga akan diramaikan dengan informasi budaya dan keberagaman yang dimiliki Orang Rimba dan masyarakat desa, sehingga tercipta kesaling pemahaman diantara mereka.
D. Aktifitas dan keterkaitan pada sasaran
Kontribusi untuk sasaran A – Studio dan pemancar radio komunitas yang dapat melakukan siaran secara berkelanjutan.
Aktivitas:
Indikator:
Kontribusi untuk sasaran B – Program siaran radio yang mendukung kegiatan pendidikan bagi Orang Rimba.
Aktivitas:
Indikator: Jumlah anak-anak rimba yang berkemampuan membaca, menulis dan berhitung meningkat dari 300 anak saat ini menjadi 600 anak.
Kontribusi untuk sasaran C - Program siaran radio yang memuat kampanye informasi tentang layanan kesehatan bagi Orang Rimba.
Aktivitas:
Indikator:
Kontribusi untuk sasaran D - Dukungan pemberdayaan ekonomi berupa pemberian informasi tentang harga, akses pasar, serta sarana pengembangan koperasi.
Aktivitas:
Indikator:
Kontribusi untuk sasaran E - Adanya program radio yang mengkampanyekan perlindungan terhadap komunitas Orang Rimba, pengakuan keberadaan Orang Rimba dan menghilangkan stigma negatif Orang Rimba.
Aktivitas:
Indikator: Konflik antara Orang Rimba dan masyarakat desa semakin berkurang. Masyarakat desa mau menerima Orang Rimba sebagai tamu dirumahnya.
E. Latar belakang dan demografi pelaku proyek
Pemimpin proyek
Pria yang sudah aktif berorganisasi sejak tahun 1983 dan memiliki ketertarikan yang kuat pada pengembangan berbagai media komunikasi termasuk radio.
Pelaku Proyek
Empat personal yang memiliki kemampuan dibidang IT dan komunikasi yang diyakini dapat mengembangkan media radio komunitas untuk kemajuan Orang Rimba.
F. Demografik kelompok target
Orang Rimba dilingkup Bukit Duabelas yang berada di bawah naungan 10 tumenggung yang tersebar di Sungai Air Hitam, Kejasung Besar, Kejasung Kecil, Serengam dan Makekal. Orang Rimba yang berada di sekitar Areal Transmigrasi Hitam Hulu dan Hak Guna Usaha perusahaan besar swasta nasional PT. SAL, PT. JAW, dan PT. Emal.
Masyarakat desa yang berada di Kecamatan Air Hitam, terdiri dari Desa Bukit Suban, Pematang Kabau, Lubuk Jering, Jernih dan Dusun Baru. Desa-desa yang berada di Kecamatan Tabir Selatan Merangin, yang terdiri dari SP B, SP A, dan SP C dan Rawa Jaya, desa-desa ini paling tinggi intensitasnya dalam berinteraksi dengan Orang Rimba Bukit Duabelas.
G. Hasil yang diharapkan dan indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan:
H. Keterkaitan proyek dengan perbaikan media dan keadilan sosial
Perbaikan media
Membuat Orang Rimba terakses oleh media, sehingga secara umum kualitas kehidupan dan kapasitas pengetahuannya terhadap dunia luar akan meningkat. Hal ini akan membantu memberdayakan komunitas Orang Rimba untuk dapat berkompetisi secara positif dengan masyarakat lainnya.
Keadilan sosial
Proyek ini akan berkontribusi untuk menjadikan komunitas Orang Rimba lebih berdaya saing, sehingga strata kehidupan Orang Rimba meningkat dan dapat sejajar dengan masyarakat pada umumnya. Pada akhirnya stereotip negatif tentang Orang Rimba akan hilang.
I. Durasi waktu aktifitas dilaksanakan:
Januari 2012-Desember 2015 (Tiga tahun dan bersinergi dengan program Warsi). Proyek ini berkelanjutan.
J. Total kebutuhan dana untuk melakukan aktifitas:
Rp. 765.340.000 Yang diminta dari Ford Foundation melalui Cipta Media Bersama:
Rp. 568.340.000 (rincian terlampir)
K. Kontribusi organisasi:
Ruangan kantor staff dan ruangan studio. Gaji staff proyek dan pengelola radio.
L. Kontribusi dari kelompok target:
Partisipasi melalui waktu dan tenaga dalam pembangunan studio, sebagai penyiar radio, serta menghadiri kegiatan-kegiatan radio komunitas.