Pusat Training Wireless Cellular Network OpenBTS - Mentoring 1 Agustus 2015



Laporan mentor Heru Tjatur dan Onno Purbo tahap II

Note: Laporan ini dibuat berdasarkan hasil akumulasi beberapa kegiatan diskusi dan mentoring, dan laporan disusun bersama dengan Mentor Pak Onno W. Purbo.

STATUS

Status proyek/ organisasi pada saat dilakukan mentoring. Apa yang sudah dilakukan dan apa yang akan dilakukan

laporan: Program Pusat Pelatihan Wireless OpenBTS telah melakukan sebagian besar rencana kegiatan yang diusulkan, antara lain menyusun modul pelatihan OpenBTS, melakukan pelatihan untuk publik (dan mahasiswa) yang tertarik dengan teknologi OpenBTS, diskusi dengan pakar dan pihak-pihak yang berkompeten dengan industri telekomunikasi nirkabel ([penyelenggara infrastruktur telekomunikasi, pemerintah/Kemenkominfo via DJ PPI, Endaga).

Perjuangan yang ada secara umum ada 2 arah besar:

Menyiapkan ekosistem untuk pengembang / peneliti OpenBTS. Khususnya menyiapkan matero pelatihan, demo unit dll. Disini dilakukan dengan lumayan baik. Perjuangan untuk mengubah kebijakan khususnya untuk menunjang OpenBTS di kemudian hari. Diskusi dengan operator selular, kemkominfo maupun endaga, tampaknya ini akan alot sekali dan membutuhkan waktu yang panjang. Meskipun demikian masih ada beberapa rencana kegiatan yang belum dapat terlaksana. Kegiatan tersebut antara lain:

8 sesi pelatihan untuk publik pengadaan peralatan penunjang pelatihan OpenBTS.

TANTANGAN

Tantangan yang dihadapi organisasi dan pendapat/ solusi/ diskusi mentor mengenai hal tersebut

laporan: Tantangan utama program ini, dalam konteks pelaksanaan program, adalah waktu. Dengan berbagai kendala yang dihadapi, termasuk melatih dan ‘melahirkan’ trainer (fasilitator pelatihan), dan menyusun modul pelatihan, pada akhirnya proses pelatihan siap dilksanakan, meskipun beberapa bulan lebih lambat dari target waktu yang direncanakan.

Saat ini trainer yang ada di OpenBTS training center praktis hanya satu orang yaitu Pak Aditya. Tidak banyak orang yang bisa menjadi trainer karena memang membutuhkan keahlian dan jam terbang yang tinggi khususnya di bidang open source maupun kemampuan mengajar/menyampaikan materi.

Tantangan kedua adalah ketersediaan sumberdaya eksplorasi teknologi. Sebagai teknologi berbasis kode terbuka (open source), pengembangan dan implementasi teknologi OpenBTS membutuhkan sumberdaya tersebut untuk menyediakan contoh/demo implementasi, tempat bertanya/diskusi bagi para peminat (baik pemula atau tingkat lanjut), dan melakukan penyesuaian antar-muka atau layanan (services) tingkat lanjut dalam rangka mengakomodasi integrasi ke dalam industri yang ada.

OpenBTS adalah teknologi yang implementasinya ‘restricted’. Sering kali setelah selesai pelatihan, muncul pertanyaan bagaimana agar teknologi ini dapat dioperasikan untuk daerah atau kelompok masyarakat yang mebutuhkan. Terlepas dari ketersedian teknologi dan sumberdaya manusia/ahli, implementasi operasional teknologi OpenBTS membutuhan advokasi kebijakan (policy advocacy).

Ini merupakan masalah yang paling alot karena bersinggungan langsung dengan kebijakan maupun dengan kepenting dunia komersial / operator. Peruban yang cepat akan terjadi bila mempunyai menteri / pimpinan yang berani mengambil resiko dan mau melakukan perubahan, tanpa itu akan sanga sulit sekali.

Untuk itu secara institusi di OpenBTS Training Center perlu dipimpin dan menelurkan orang-orang yang militan dan mau berjuang untuk membebaskan rakyat dari regulasi yang mengikat tersebut. Ini juga tampaknya akan sangat sulit sekali.

PERBAIKAN

Perbaikan yang disarankan atas apa yang telah dilakukan/ akan dilakukan.

laporan: Untuk mengatasi kendala dan tantangan yang dihadapi beberapa hal yang dapat dilakukan dan sudah dibahas dengan Tim Mentor:

Mengajukan perpanjangan waktu pelaksanaan program. Hal ini untuk memberikan waktu bagi pelaksanaan kegiatan yang telah direncana, yang antara lain adalah pelaksanaan 8 sesi pelatihan. Pada pelaksanaan tersebut, tidak menutup kemungkinan untuk melakukan perubahan format sesi pelatihan ke format yang lebih menarik dan efektif. Melakukan perubahan alokasi rencana pembelian peralatan penunjang Pelatihan OpenBTS menjadi peralatan OpenBTS yang lebih menunjang kebutuhan demo dan operasional. Dalam arti, peralatan tersebut dapat memudahkan aktivitas ‘live demonstration’ bagaimana teknologi OpenBTS beroperasi, dan jika diperlukan dalam kondisi darurat alat tersebut dapat difungsikan dalam operasi tanggap-darurat. Membakukan modul-modul pelatihan yang ada dan membuat sumberdaya tersebut dapat diakses publik dengan lebih mudah (distributed).

KEMAJUAN PROYEK

Bagaimana proyek berkembang sejak terakhir dilakukan mentoring.

laporan: Program berjalan 90% sesuai dengan yang direncanakan, meskipun mengalami keterlambatan waktu pelaksanaan. Penyesuaian harus dilakukan untuk membuat program tetap relevan ditengah perubahan teknologi cepat. Sesungguhnya saat ini teknologi OpenBTS tengah berada pada momentum yang baik, karena Pemerintah pun sedang berupaya memacu penyediaan infrastruktur telekomunikasi di daerah-daerah ‘tak-terjangkau’.

Dengan perubahan yang dilakukan (rencana perbaikan poin 2), kita berharap Program ini dapat memberikan kontribusi nyata pada program pemerintah di atas.

NILAI

Nilai upaya baik nilai yang diberikan oleh pelaku proyek pada proyeknya sendiri ataupun nilai yang diberikan oleh mentor kepada pelaku proyek.

Untuk skala 0-100: Saya memberikan penilaian 75. Pertimbangan: meskipun terlambat dan mungkin indikator keberhasilan tidak cukup memuaskan, saya melihat daya upaya dan kesungguhan pelaku program membuat program berjalan sesuai rencana. Salah satu upayanya, misalnya, karena melihat ’turn-over’ peserta pelatihan yang cukup tinggi, maka pelaksana program mewajibkan calon peserta membayar ‘biaya’ pelatihan dan mengembalikan biaya yang dibayarkan tersebut pada saat peserta pelatihan selesai. ‘Turn-Over’ tinggi di sini yang dimaksud adalah pada saat dibuka pendaftaran via online yang mendaftar memenuhi kuota/tempat pelatihan, akan tetapi tidak muncul saat pelatihan berlangsung.

Tags:



August 2015 | CC BY 4.0